Akhir-akhir ini isu pamanasan global menjadi perhatian pemimpin semua negara. Pamanasan global yang ditandai dengan naiknya rata-rata suhu permukaan bumi, atmosfer dan permukaan laut disinyalir telah menjadi penyebab mencairnya es di kutub utara dan selatan bumi dan membuat naiknya permukaan laut di seluruh belahan bumi yang membawa ancaman tenggelamnya banyak kota di muka bumi.
Konon Jakarta merupakan salah satu kota yang berpotensi akan tenggelam akibat aiknya permuakaan air laut ini. sebagai informasi, suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah melonjak 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) dalam seratus tahun terakhir.
Naiknya suhu permukaan bumi juga membawa dampak perubahan iklim menjadi ekstrem dan tidak menentu yang menyulitkan dalam budidaya pertanian dan produksi pangan di seluruh dunia. Suhu panas di siang hari yang kita rasakan akhir-akhir ini juga tak lepas dari dampak pemanasan global yang terus meningkat.
Lalu apa itu apa penyebab pemanasan global dan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mengurangi timbulnya pemanasan global tersebut? Menurut para ahli penyebab utama pemanasan global adalah akibat adanya efek rumah kaca.
Apa itu efek rumah kaca? Efek rumah kaca adalah sebuah gejala menumpuknya berbaga gas seperti Karbon dioksida (CO2) , Gas metan (CH4), Nitrogen oksida (N2O) dan yang timbul akibat aktifitas teruama manusia di bumi seperti karena penggunaan bahan bakar pada kendaraan bermotor dan pabrik, kebakaran hutan, aktifitas pertanian dan peternakan, dan lain sebagainya.
Bagi kebanyakan masyarakat awam mungkin tak banyak yang paham bahwa sampah organik dari rumah tangga, aktifitas pertanian, dan peternakan memiliki kontribusi yang tidak sedikit pada timbulnya gas rumah kaca. Pemahaman akan ini mungkin akan memberi efek kesadaran untuk melakukan pencegahan dengan memahami dampak negatif emisi karbon dan cara menguranginya.
Dampak Emisi Karbon
1. Dampak Lingkungan
Secara umu, emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan global warming dan memicu perubahan iklim. Hal ini dapat menyebabkan anomali cuaca/cuaca ekstrem, seperti meningkatnya suhu bumi, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan dan hujan lebat.
2. Dampak Kesehatan
Hal ini dapat berdampak munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bakteri, virus, dan parasit. Sebab, mikroorganisme tersebut tumbuh subur akibat meningkatnya suhu bumi. Selain itu, memicu timbulnya polusi udara dan cuaca ekstrem, seperti kemarau panjang, hujan kencang, atau gelombang panas juga berdampak pada kesehatan manusia.
3. Dampak Ekonomi
Anomali cuaca berdampak di bidang ekonomi masyarakat seperti pertanian, pariwisata dan kelautan. Cuaca ekstrem juga sangat berdampak pada kerusakan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, hingga tiang listrik.
Cara Mengurangi Emisi Karbon
Selain tugas negara, tugas kita bersama mencegah dan mengurangi perubahan iklim dengan 4 langkah berikut ini :
1. Menanam Pohon
Hal yang sering kami lakukan dengan suamiku adalah menanam pohon. Kebetulan sekali di depan rumah kami ada lahan kosong. Kami sering menyebarkan biji-bijian ke lahan tersebut. Bersyukurnya, pohon tumbuh dengan suburnya, seperti pohon nangka, alpukat, sirsak dan lainnya.
Kegiatan menanam pohon ini langkah sederhana yang mudah dilakukan dan dikenalkan kepada anak sejak dini. Kegiatan menanam pohon cara murah untuk meredam emisi karbon.
2. Efisiensi Energi di Rumah
Tak bisa menyangkal saat ini penggunaan listrik lebih banyak digunakan sebelum pandemi. Udara semakin panas dan penggunaan internet nyaris 24 jam. Untuk itu, ajarkan anak sejak dini mematikan lampu yang tidak digunakan, matikan TV jika tidak diperlukan, matikan kran air saat sikat gigi dan lainnya.
3. Energi Bersih
Tak bisa dipungkiri saat ini penggunaan energi listrik diproduksi dengan membakar bahan bakar fosil (minyak, batu bara, dan gas alam). Namun, alangkah baiknya menggunakan energi dari angin, tenaga matahari, air dan biogas.
Adalah keluarga Andrew Kalaweit yang sempat viral beberapa tahun lalu. Rumahnya di tengah hutan dan memasang panel surya sebagai sumber listrik. Di mana panel surya ini menyerap energi matahari yang kelak diubah menjadi energi listrik.
4. Efisien dalam Menggunakan Transportasi
Tidak semua orang mampu tanpa kendaraan pribadi. Jika dulu masih sangat nyaman hanya berkendaraan umum, tapi sekarang motor dan mobil sangat banyak, sehingga menimbulkan polusi udara dari asap kendaraan motor.
Namun, langkah sederhana yang dapat dilakukan misalnya menggunakan sepeda ke kantor atau memilih jalan kaki untuk belanja ke warung. Langkah sederhana ini dapat mengurangi emisi karbon.
Membantu Menyelamatkan Bumi dari Pemanasan Global Ala Ibu Rumah Tangga
Selain 4 langkah di atas, inilah yang dilakukan oleh ibu-ibu di sekitar rumahku dengan membentuk KWT (Kelompok Wanita Tani) Barokah. Kami bersama belajar memanfaat perkarangan untuk menanam sayuran, buah dan beternak ikan. Langkah sederhana ini untuk menyiapkan tubuh yang sehat dan kuat dalam mencegah pemanasan global saat ini.
Berkebun bersama KWT Barokah |
Para Ibu KWT Barokah menerapkan konsep 3R: Reduce, Reuse, dan Recycle (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur ulang). Caranya membuat pupuk kompos dari sisa makanan. Sampah rumah tangga dari sisa makanan dipisahkan dan dijadikan kompos.
Selain itu, bersama-sama untuk mengurangi sampah plastik dengan mengumpulkan plastik ke Bank Sampah. Selanjutnya, jika belanja ke pasar menggunakan tas kain. Diet plastik ini dapat menekan sumber pencemaran lingkungan. Ibu-ibu juga diajak untuk membawa botol minum sendiri dari rumah untuk mengurangi sampah plastik.
Tindakan nyata yang dilakukan KWT Barokah ini sebagai wujud #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku iya dong kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi dari pemanasan global?
Tak hanya itu, aku bersama ibu-ibu pengajian sekitar lingkungan memilih makan dengan daun pisang saat makan bersama, hal ini untuk mengurangi sampah dan lebih praktis. Nah, siapa nih lebih terasa nikmat makan dengan daun pisang?
Serunya makan bersama |
Aku sendiri jika suatu hari kelak mampu membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim, maka aku akan mengajak seluruh ibu-ibu rumah tangga bergerak bersama, 1 RT ada 1 KWT, sehingga langkah sederhana dapat dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”
Sumber :
1. https://www.nestle.co.id/
2. https://artikel.rumah123.com/potret-rumah-andrew-kalaweit-bule-prancis-yang-memilih-tinggal-di-tengah-hutan-kalimantan-137242
3. https://www.gramedia.com/literasi/pemanasan-global/
4. https://www.naqiyyahsyam.com/2022/12/serunya-kwt-barokah-panen-sayuran.html
Wah seru abis ini kegiatan menyelamatkan buminya, sama anak duh gemes banget sama anak cowok yang satu ini. Sebagai ibu rumah tangga juga tetap merawat bumi dengan segala cara, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi. Terima kasih informasinya!
BalasHapusaku mulai dari milah2 sampah sih. Memang jd ekstra kerjaan dan ribet. Belum diomelin sama orangtua yang gerah melihat sampah kok gak langsung dibuang, ngapain repot2 urus sendiri. Tapi, ini kan masuk gerakan yang walau kecil harus dimulai dari sendiri dulu. Baru nanti2 mudah2an bisa menggerakkan yang lain utk melakukan hal yg sama seperti yang mbak lakukan. Keren gerakannya nih!
BalasHapusMenyelamatkan lingkungan semua itu berawal dari lingkungan kecil dulu ya, Mba. Di lingkungan rumah. Minimal diri sendiri. Kalau bukan kita yang mulai siapa lagi.
BalasHapusYes, siapapun, setiap individu emang selayaknya bersama bergerak dan berdaya untuk menyelamatkan bumi, termasuk ibu rumah tangga. Syukur-syukur seperti yang mbak Naqi lakukan, bisa bersama-sama komunitas ibu-ibu di sekitar rumah. Dapat kebersamaan dan keseruan, dapat sehat, dapat lingkungan bersih dan asri pula
BalasHapusWah keren sekali kegiatan para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Barokah ya untuk mengatasi pemanasan global nih. Bentuk usaha yang sederhana tapi jika dilakukan secara tulus dan konsisten pastinya akan memberikan dampak yah. Semangat terus yah mbaak
BalasHapusKalau bank sampah sudah ada nih, dan makin ke sini juga mulai membiasakan pilih produk ramah lingkungan, bawa bekal, sekarang lagi usaha untuk nanam sayuran di depan rumah
BalasHapusInspiratif sekali ini kegiatannya Mba, ibu rumah tangga melalui KWT dan kegiatan lain yang bergerak berdaya menyelamatkan bumi yang tentu saja jika makin banyak yang menjalani akan mampu mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim.
BalasHapusMasyaAllah, kereenn cita-citanya, mbaak. Semoga kesampaian yaa bisa ngajak ibu-ibu di RT nya.
BalasHapusAku sendiri biasanya mulai dari hal yang paling simpel kaya hemat air, hemat listrik, kurangi sampah plastik (cuma suka bingung kalo jajan minuman nih), dan edukasi ke anak sedini mungkin soal pentingnya ikut menjaga bumi.
Paling seneng kalau bergerak bersama didukung oleh lingkungan yang punya tujuan yang sama. Jadi bisa seiring sejalan, seperti makan bareng seperti di foto terakhir, makan bancakan, selalu yang paling disukai. Semoga langkah kecil kita sebagai Ibu yang mengajarkan cara menjaga bumi bisa menjadi warisan untuk anak cucu cicit kelak.
BalasHapusIbu rumah tangga juga punya andil dalam menjaga lingkungan, menjaga bumi karna ini demi kita semua ya mba. Hemat energi bisa dilakukan dari rumah :)
BalasHapusSeru banget tuh botram makan bareng-bareng pakai alas daun pisang... Bukan cuma nikmat tapi membantu menyelamatkan bumi juga...
BalasHapusTambah seru dan semangat nih kalau ngerjain bareng-bareng gini, masyaAllah. Seneng banget ya mbak, bisa dapet komunitas yang satu frekuensi dan saling kerja sama menyelamatkan bumi. Semogaa makin berkembang dan membantu bumi ini jjadi lebih baik :D
BalasHapuskeren bgt, siapapun bisa menyelamatkan bumi dengan cara kecil dari rumah dari yang paling gampang sekalipun. semua wajib baca nih postingannya..
BalasHapusSalah satu kegiatan yang saya lakukan adalah mengolah jelantah menjadi sabun cuci. Jelantahnya berasal dari penggunaan pribadi juga dikasih tetangga.Sedangkan sabunnya dipakai sendiri maupun dikasihkan ke orang2 lain. Sejauh ini masih saya bagi gratis, entah sih ke depannya.
BalasHapusMakan bersama beralaskan daun pisang itu seru dan menambah selera makan ya, Mbak hehehe
BalasHapusIbu-ibu KWT Barokah kompak ya, terus bersama-sama menjaga lingkungan dan memanfaatkan sampah untuk digunakan ulang.
Senang sekali ya kalo bisa ngumpul rame-rame untuk kerja bakti nanam bareng, menjaga kebersihan lingkungan bersama-sama. Karena Ita tak ingin anak cucu kita merasakan dampak dari pemanasan global dan efek dari bumi yang makin menua. Apa yang bisa kita lakukan lakukanlah. Kalo saya suka nanam tanaman di rumah dan suasana terasa sejuk kan membuat nyaman
BalasHapusYah kita bisa memulai menyelamatkan bumi ini dengan diri sendiri dan dari rumah, hemat pake listrik, disiplin soal sampah, dll ya. Apalagi udah kerasa kan panas terus. Masa gak juga ngeh, iyah kan.
BalasHapusDuh perubahan iklim nih memang isu penting yang harus terus diangkat ya mak, supaya makin anyak yang sadar dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini yaaa
BalasHapusMasya Allah, ada KWT yaa di tempatmu. Seru lho ini jadi memberdayakan para ibu-ibu untuk belajar berkebun. Anak-anak biasanya ikutan juga mbak?
BalasHapussebenarnya pengolahan limbah itu harusnya dimulai dari keluarga ya mak. Penanaman menyelamatkan iklim bumi itu juga harusnya dimulai dari rumah. banyak hal yang bisa dilakukan dengan kebiasaan baik dari rumah
BalasHapus6Pas liat YouTube Andrew kalaweit tuh keren loh. Kok bisa yaa tinggal di tengah hutan? Saya aja yg tinggal di tepi kota agak gimana gitu karena jauh dari beberapa fasilitas umum yg vital. Namun peran ibu rumah tangga jd penting karena bisa menyelamatkan bumi meski dg langkah2 kecil
BalasHapusHemat air dan hemat listrik masih jadi PR buat keluarga aku Mak, apalagi anakku nih kalau nonton TV kadang suka lupa matiin.
BalasHapusKalau menanam pohon, Alhamdulillah nih Mak pekarangan aku udah banyak tanamannya. Dan berasa lebih sejuk loh...