Manfaat Makan Tiwul untuk Kesehatan - Ada banyak makanan khas Jawa yang perlu dikenali satu persatu bahkan dilestarikan dan dijadikan makanan sehari-hari, salah satunya adalah makanan tradisional yang disebut tiwul. Banyak orang Jawa saat ini mungkin tidak mengenal tiwul, karena perkembangan makanan kekinian yang begitu pesat dan banyak pengaruh budaya dari luar.
Tiwul adalah makanan tradisional Indonesia yang dulunya merupakan makanan pokok pengganti nasi, Tiwul terbuat dari singkong, yaitu singkong yang telah dikeringkan dan dikukus. Nah,pad artikel ini Anda kan mengetahui Apa itu Tiwul? Apa saja Manfaat Makan Tiwul untuk Kesehatan?
Apa itu Tiwul?
Tiwul terbuat dari singkong kering (tapioka). Makanan yang selama ini diidentikkan dengan kemiskinan, kini menjelma menjadi oleh -oleh yang paling banyak dicari. Tiwul berhasil mendongkrak citra pamor perbatasan.
Kenangan romantisme masa lalu, diperlakukan seperti butiran halus tiwul dinikmati. Makanan itu yang dulunya sebagai pengganti nasi kini menjadi jajanan dengan kelapa yang dimaniskan gula. Keistimewaan tiwul adalah di mana Anda bisa mencicipi manis dan gurihnya.
Selain itu, Anda juga bisa mencicipi gula aren dengan tambahan parutan kelapa dan taburan. Tiwul memiliki tekstur yang lembut (sedikit bola) dan sedikit kenyal sehingga makanan ini sangat lezat untuk dinikmati terutama selagi hangat .
Tiwul merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Jawa pada masa penjajahan Jepang. Saat itu bahan pangan yang layak seperti beras beras sangat sulit ditemukan dan tidak dapat dibeli, pada akhirnya masyarakat mencari bahan pangan lain untuk menggantikan beras.
Manfaat Makan Tiwul untuk Kesehatan
Manfaat Tiwul bagi kesehatan Anda sangat banyak sekali, karena tiwul ini banyak mengandung molekul bioaktif berharga yang efektif melawan kanker dan faktor risiko terkait kanker, seperti karsinogen dan agen biologis, beberapa kondisi patofisiologis, termasuk stres oksidatif dan peradangan, sambil mengendalikan disfungsi metabolisme dan meningkatkan respons imunologis.
Efek luas seperti itu dicapai oleh senyawa yang mempengaruhi kesehatan talas yang menampilkan aktivitas antitumoral, antimutagenik, imunomodulator, antiinflamasi, antioksidan, antihiperglikemik, dan antihiperlipidemia.
Pengalaman Pertama Makan Tiwul
Jadi selama aku tinggal di Bengkulu, belum pernah makan tiwul. Setelah menikah, suami mengenalkan tiwul. Saat ke kampung halamannya, Mamak mertua masaklah tiwul. Suami dan kakak ipar makan dengan lahap. Aku diajak enggak mau. Baunya saya aku mau muntah. Maaf, aneh saja.
Suamiku emang suka banget makan tiwul, apalagi dicampur dengan sayur lodeh atau sayur ikan asap yang disantan itu, loh! Aduh, lupa aku namanya! Lama aku masih belum menyukai tiwul, sampai suatu hari tetanggaku jualan nasi tiwul dengan aneka lauk.
Di sini aku mulai tertarik melihat kemasannya. Baunya pun tidak terlalu menyengat. Apalagi bisa dipilih nasi tiwul campur dengan nasi putih. Akhirnya aku mau makannya. Kini, walau belum sefanatik suamiku, aku sudah bisa makan tiwul.
Nah, teman-teman suka tiwul gak? Aku sendiri sejak kecil seringnya malah dibelikan sate Madura. Langganan ayahku di Bengkulu adalah Sate Madura Pak Kumis, haha... entahlah namanya apa dulu, hampir setiap malam Minggu kami ke sana.
Ngomong-ngomong, menu Madura apa saja sih ya? Aku belum pernah ke Madura. Kalau dilihat dari kisah Mbk Diane yang sebagai Travel blogger, di Madura ada pantai yang indah dan banyak sekali Pohon Cemara. Nah, kepo deh jadinya pengen mencicipi makanan khas Madura, selain Sate Madura, seperti Bubur Manggul, Nasi Serpang, Kue Apin Dulit dll.
Nah, bagi yang ingin mengenal lebih jauh tentang Wisata Madura, boleh main ke blog Mbk Diane. Itulah ceritaku mengenai makan tiwul, semoga bermanfaat ya!
Yah jadi pengin, makanan tradisional satu ini masih tersedia di pasar-pasar tradisional pedesaan Malang bersama nasi mpok atau jagung. Hemm nagih memang kalau sudah masakan tradisional Jawa, wah ternyata banyak juga manfaatnya. Terima kasih informasinya!
BalasHapusWah, aku pernah nih makan tiwul dan suka. enak deh kalau dimakan hangat-hangat, ternyata banyak manfaatnya
BalasHapusAku beberapa kali makan tiwul ada yang manis dikasih gula dan kelapa, ada yang gurih dikasih bumbu apa gitu, lupa. Rasanya menurutku enak, tapi karena biasa nasi jadi kalau belum makan nasi gimana gitu wkwkkw
BalasHapusAku belum pernah makan tiwul, jadi penasaran deh sama rasanya, apalagi sekarang sudah jadi jalanan yang naik kelas yaa. Lain kali kalau ada di sini aku mau coba juga ah
BalasHapusAku makan tiwul nunggu Ibuku buat. Agak jarang karena suka-suka. Terus diparutin kelapa tuh enak banget ya
BalasHapusAku makan tiwul nunggu Ibuku buat. Agak jarang karena suka-suka. Terus diparutin kelapa tuh enak banget ya
BalasHapusWah dulu dengar kata tiwul ini rasanya jaman2 krismon Pak Harto dulu ya. Saya belum pernah nyobain sih semenjak di Jakarta. Ini bagus juga ya buat orang2 yg lagi diet juga, atau mungkin yg kena diabetes juga.
BalasHapuswaktu saya kuliah di Jogja saya sering diajak teman makan ini, awalnya berasa aneh gitu tapi lama-lama ko jadi suka ya, enak gitu, jadi setiap ada tempat tiwul enak, selalu diajakin teman buat beli
BalasHapusAku suka banget tiwul mbak, baik diolah manis pakai gula merah ataupun buat lauk. Kebetulan ibu mertuaku sering banget bikin tiwul, stok tiwul instanku banyak. Kalau mau makan, tinggal dikukus aja
BalasHapussaya belum pernah makan tiwul Mbak, karena disini tiwul asing, mungkin ada sih tapi orang Jawa aja yang bisa buat dan konsumsinya.
BalasHapusSulawesi Tenggara juga ada nih yang kayak tiwul, dari singkong yang ditumbuk lalu dikeringkan, nantinya dimakan dengan ikan dan sayuran juga, namanya kabuto :D