Assalamualaikum Sahabat Smart Mom,
Masih ingat enggak awal pandemi melanda Indonesia? Rasa panik, cemas, sedih bercampur jadi satu! Buka media sosial berisi kabar duka. Rasa takut melanda karena Covid-19 mengganas. Rumah sakit penuh! Oksigen langka! Nakes pun banyak yang gugur. Ya Allah, mentalku saat itu benar-benar drop. Buka tiktok berita duka satu persatu, asmaku jadi seirng kambuh!
Kini, bersyukur keadaan berangsur pulih. Vaksin sudah ditemukan, rasa takut karena Covid-19 sudah berkurang, tapi menyisakan duka bagi orang-orang yang kehilangan keluarga tercintanya. Orang tua, saudara, sahabat atau tetangganya. Untuk itu, saat pandemi ini tak hanya kesehatan fisik yang diperlukan, tapi juga kesehatan mental atau kesehatan jiwa! Bagaimana rasa sedih, sendiri dan kehilangan dapat diatasi?
Jangan sepelekan kesehatan jiwa ya Sahabat Moms, aku beruntung sekali mengikuti webinar memperingati Hari Kesehatan Jiwa yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Webinar temu blogger ini
menghadirikan nara sumber yang ahli dibidangnya, yaitu :
menghadirikan nara sumber yang ahli dibidangnya, yaitu :
1. dr. Celestinus Eigya Munthe.SP.KJ.MARS
2. Dr. Satti Raja Sitanggang, Sp.KJ
3. Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., Psikolog
4. Bagus Utomo
5. Romanus Ndau
Menurut dr. Celestinus Eigya Munthe.SP.KJ.MARS, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Mental Kesehatan Jiwa dan Napza mengatakan, kesehatan jiwa merupakan bagian dari Kesehatan secara keseluruhan. Sehat jiwa berarti sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga seseorang mampu hidup mandiri & produktif dan mampu berkontribusi. untuk itu jika kita memelihara kesehatan jiwa berarti:
- Memastikan mereka yang sehat dapat menjalani kehidupan penuh arti (wellbeing).
- Mereka yang berisiko ditangani dini.
- Mereka yang sakit (illness) mendapatkan pengobatan paripurna.
Untuk itu, perlu kita waspadai, jika keluarga kita mengalami gangguan jiwa. Jika ini terjadi pada usia mudadapat mengakibatkan penurunan produktivitas, kehilangan kualitas hidup, dan pengobatan kronis.
Namun, permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia masih sangat kompleks. Ketika dinyatakan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), masih dianggap tabu. Kata ODGJ masih asing, orang awam sering menyebutnya "orang gila." Padahal menurut UU kesehatan jiwa No 18 Tahun 2014 menetapkan dua definisi, yaitu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Kenyataannya, di masyarakat masih ada yang belum menerima kenyataan salah satu anggota keluarganya menjadi ODGJ, bahkan kadang si penderita pun tidak sadar, mereka harus diobati!
Untuk itu, diperlukan trik dalam meningkatkan akses layanan kesehatan jiwa, yaitu :
A. Peningkatan akses layanan kesehatan jiwa di layanan primer
STRATEGI :
- Peningkatan jumlah Puskesmas dg layanan jiwa
- Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan Puskesmas dalam layanan jiwa
- Optimalisasi ketersediaan obat
B. Peningkatan peran RS Jiwa & RSU dengan layanan jiwa sebagai rujukan
STRATEGI :
- Optimalisasi sistem rujukan layanan kesehatan jiwa
- Optimalisasi peran RS Jiwa sebagai pusat rujukan pelayanan, pendidikan, penelitian & pengembangan teknologi kesehatan jiwa
- Pengampuan RS Jiwa pusat pd RS Jiwa daerah
- Peningkatan mutu layanan RSJ melalui implementasi WHO quality right tool kit
Namun, sebagai makhluk sosial, kita perlu melihat ODGJ bukan orang buangan! Mereka butuh uluran tangan kita semua. Maka, diperlukan sinergi dalam mengatasi stigma masyarakat kepada ODGJ. Bagi teman-teman yang memiliki komunitas atau berkemampuan dalam memanfaatkan media sosial, ajaklah teman-teman untuk lebih peduli dengan ODGJ.
Pendampingan atau pembinaan untuk ODGJ dapat juga dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, pemangku wilayah atau edukasi dari komunitas yang teman-teman ikuti. Hal ini jika dilakukan secara konsisten dan terstuktur, maka terciptalah kualitas hidup yang lebih baik bagi ODGJ.
Pemerintah juga telah menyiapkan kesetaraan terhadap saudara kita yang ODGJ. mereka memiliki hak yang sama dalam segala aspek kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni budaya, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Nah, sahabat Smart Mom, semoga info di atas bermanfaat semoga kita menjadi orang-orang yang sehat, baik secara fisik, maupun mental. Buka mata dan buka hati untuk peduli di lingkungan sekitar kita.
Salam sehat jiwa dan raga!
Selama ini saya salah persepsi tentang odgj, malah mengucilkan mereka yang gak jelas di jalanan. Padahal mereka juga manusia yang butuh perhatian. :)
BalasHapusSaya tahunya istilah ODGJ itu dari akun youtubenya Irfan Hakim, lalu berselancar lagi ke media lain karena penasaran dengan istilah ini. Alhamdulillah, dapat lagi pencerahan di sini tentang peduli ODGJ. Semoga masyarakat bisa bersinergi dengan pemerintah dalam hal peduli ODGJ.
BalasHapusAku baru tau kalau sebenarnya di puskesmas ada layanan jiwa juga, ya.
BalasHapusUntnglah saat ini masyarakat udah lebih aware sama betapa pentingnya mental health yah mbaaak
BalasHapusKonsultasi ke psikolog udah jadi hal yang biasa, malah katanya sekarang bisa di-cover BPJS jadi lebih memudahkan dari segi biaya kan yaaah
Selalu prihatin dg makin banyaknya jumlah ODGJ semenjak pandemi ini.
BalasHapusYg makin menyayat hati adalah mrk2 banyak di usia produktif dan banyak jg yg perempuan
Sebenarnya aku juga tertarik buat bikin tulisan tentang kesehatan jiwa, mungkin tahun ini bakal mulai. Soalnya dulu aku juga kena gangguan sih, tapi memang tidak berobat rutin, cuma sekali ke psikolog trus ngk lagi. Padahal bagus juga untuk sharing tulisan kayak gini.
BalasHapusJujur aja mbak Naqi saya bukan orang yang menolak ODGJ tapi saya memang setakut itu, pernah waktu kecil dikejar kejar sampe histeris soalnya
BalasHapusDengan peduli kita bisa membantu individu dengan masalah kejiwaan dapat melanjutkan hidupnya secara bermartabat, ya mbak. Semoga lebih banyak yang peduli, dan yang selama ini peduli dapat lebih meningkatkan kepeduliannya dari segala aspek.
BalasHapusMbak Naqi. Terima kasih ya atas informasinya. Jujur, Mila baru mengerti dan tau soal ODGJ
BalasHapuskalu di Tanggamus ada ndak ya Puskesmas yang melayani pelayanan akan hal ini
Perlu peran berbagai pihak memang ya, untuk mencapai kesetaraan dalam kesehatan jiwa ini. Maka, peduli pada ODGJ ODGJ perlu sekali, karena mereka memiliki hak yang sama dalam segala aspek kehidupan seperti seperti layaknya kita semua
BalasHapusSepakat banget kalau kita harus peduli dengan ODGJ. Tapi juga butuh peran serta banyak pihak termasuk pemerintah juga untuk lebih makin peduli ama ODGJ. Kita pasti bisa
BalasHapusODGJ ini harus kita rangkul dan dukung terus untuk sembuh. Jangan sampai dikucilkan. Karena di masyarakat kita, kalau orang sudah terkena gangguan jiwa banyak yang memberikan stigma negarif. Bukannya menolong malah mendjudge sekalian.
BalasHapusPerlu rasa peduli dan perjuangan keras kita untuk membantu mereka yang terkena ODGJ.
Nah itu, sedih kalau ada keluarga yang denial atau malah membuang anggota keluarganya yang ODGJ... Padahal mereka orang terdekat yang bisa merawat dan membawa pasien berobat ke fasilitas kesehatan...
BalasHapusDi sekitar tempat tinggal saya terdapat kalau enggak 3 ya 4 orang dengan gangguan jiwa. Semuanya masih muda-muda, dan awalnya karena stres akibat tekanan pekerjaan dan sekolah. 1 orang di antaranya dalam taraf ringan dan rutin berobat di RSJ dekat rumah. Cuma yang lain kayaknya kurang mendapat penanganan, dan lumayan sering mengganggu lingkungan. Saya jujur aja memang agak takut, jadi lebih memilih menghindar. Bukan tidak peduli cuma dari keluarga pasien juga cenderung lebih memilih untuk tidak melakukan pengobatan tapi dikurung di rumah. Jadi sekalinya lepas cenderung ada masalah. Ya, bagi lingkungan kami cuma bisa menghindari agar tidak ada warga yang menyerang balik. Tapi untuk pengobatan kembali lagi, semua keputusan keluarga.
BalasHapusSinergis untuk menghilangkan stigma ODGJ ini sepakat harus dilakukan banyak pihak. Harus bergandeng tangan. Kerana masih banyak yang anggap kalau ada ODGj di keluarga, itu aib
BalasHapusInfonya yang sangat bermanfaat sekali Mak. Selama ini loh,kebanyakan kalau orang bermasalah dengan kesehatan mentalnya itu sering banget dikatain kurang iman, malah dikataian yang enggak2.. padahal kesehatan mental tuh penting. Terus kalau ada ODGJ, masih dipandang sebelah mata bahkan dihindari.
BalasHapusSemoga semakin banyak yang peduli dengan kesembuhan para ODGJ di sekitar kita. Yang sedih lihat yang di jalanan. Entah di mana keluarganya dan orang2 pun takut buat dekat2. Saya ingat pernah diludahin ODGJ, saat itu naik becak lewat di dekatnya, spontan dia meludah.
BalasHapusSaya sering banget nonton channel youtube yg bahas odgj. Bagi saya odgj ini harus diberi kesempatan. Mereka kalau dirawat sama para relawan buktinya masih mau ya mba.
BalasHapusKadang memang stigma dari masyarakat yang memperberat keadaan. Sering ODGJ sudah selesai pengobatan dan sembuh. Cuma untuk kembali ke masyarakat itu yang susah karena sudah dicap "beda". Makanya butuh dukungan dari lingkungan yang benar-benar bisa menerima
BalasHapusMengakui punya keluarga yang memiliki masalah kesehatan mental apalagi sampai ODGJ memang tak mudah. Ada yang sengaja menghindar, menutupi, bahkan menolak membawanya ke psikiater. Padahal kalau tidak ditangani dengan tepat malah merugikan diri dan keluarga, kan
BalasHapusMari dimulai dari kita supaya tidak mnegucilkan atau anggap mereka tidak akan sembuh, in sya Allah mereka juga bisa sedhat sedia kala dan beraktivits dengan baik
BalasHapusBenar mbak, perlu disosialisasikam ya peduli.pada odgj,meski kurang sehat akalnya tapi mereka jiga manusia
BalasHapusBenar mbak, perlu disosialisasikam ya peduli.pada odgj,meski kurang sehat akalnya tapi mereka jiga manusia
BalasHapussejak kuliah belajar tentang psikologi abnormal saya mengenal tentang ODGJ hehhe...sedih memang ya kalau ODGJ di jalanan apalagi yang dilecehkan hingga hamil dan melahirkan kok yah tega bener syukurlah sekrang ada program peduli ODGJ ya mba
BalasHapusOmong-omong ODGJ nih Yuk, di sekitar tempatku ada orang yang disebut gila oleh masyarakat. Bukan gila yang agresif, untungnya. Pernah suatu kali ketika pulang belanja, aku ketemu si ODGJ ini. Tau apa yang dia lakukan? Dia baru habis makan dari bungkus plastik dan dia jalan ke tempat sampah untuk membuang sampah plastiknya itu.
BalasHapusDi sisi lain, berapa banyak orang yang katanya waras tapi hobi bener buang sampah sembarangan?
Banyak orang ga paham sama kesehatan jiwa ya, Mba. Jadi memang butuh pengetahuan buat kita biar tidak menyepelekan tentang kesehatan jiwa. Minimal untuk diri kita sendiri.
BalasHapusSenang sekali, kini meski Puskesmas ada pelayanan untuk konsultasi gitu yaa...
BalasHapusAlhamdulillah.
Berarti Pemerintah sudah meningkatkan awarness terhadap isu mental health.
Betul banget nih. Semoga ga ada lagi ODGJ yang berkeliaran di jalan ya. Kasian liatnya.
BalasHapusIya mbak, Juli kemarin mencekam, sebagian org pasti merasa trauma saat kehilangan anggota kelurga.
BalasHapusBanyak org jd stres entah krn penyakit atau kehilangan pekerjaan. Biasanya yg masih konvensional malah ada yg gak bawa ke dokter atau psikiater malah dikurung di rumah. Sbg masyarakat emang kudu menunjukkan simpati dan membantu sebisanya ya
Bantuan saat sedang sakit itu amat diperlukan.
BalasHapusDari mulai dukungan mental hingga dukungan dalam bentuk materi. Penderita ODGJ bisa sehat kembali dengan sesi pengobatan dan terapi yang teratur.
Odgj juga hakikatnya manusia meskipun butuh penanganan khusus,
BalasHapusSeharusnya kita yg waras yg harus lebih perduli dan menjaga ya
semoga teman teman ODGJ mendapat penaganan yang tepat dari RS, kita sebagai makhluk bermasyarakat juga harus aware dengan teman teman ya, ada kalanya hal itu di awali dengan stres dan tak ada teman untuk sharing
BalasHapusPenting memang ya menjaga kesehatan jiwa
BalasHapusApalagi sebagai ibu rumah tangga
Harus pandai memilah aktivitas yang enggak ganggu kesehatan jiwa
Ada channel yutup gitu khusus nangani ODGJ aku pernah nonton bun, tapi lupa chanel apa
BalasHapuskalau banyak orang yang peduli ini bertambah banyak, Indonesia menjadi lebih sehat.
Aku jadi inget dengan seorang ODJG yang sering lewat di rumahku mba. Beliau dirawat keluarganya, jadi penampilannya bersi. tapi punya agenda rutin jalan kaki sekitar 10km tiap hari, jadi bolak-balik gitu mb. Semua udh pada paham, jadi ya udah natural aja menyatu dg kegiatan di lingkungan.
BalasHapusSangat bermanfaat mbak informasi seperti ini. Masih banyak yang tidak tahu bahwa ODGJ itu perlu dukungan keluarga untuk bisa sembuh. Saya punya teman yang adiknyya terganggu jiwa dan mentalnya, setelah rutin berobat alhamdulillah bisa sembuh. Malah ada saudara saya yang masih konsumsi obat hingga sekarang karena gangguan kejiwaan. maaf jadi curhat, hehe
BalasHapusAlhamdulillah sekarang semakin vanyak yang peduli pada ODGJ, saya lihat di beberapa tayangan youtube itu. Semoga segera taratasi semuanya. Dan kita semua senantiasa sehat jiwa raga.
BalasHapus