Judul : Kembara Rindu
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
Cetakan : 1, September 2019
Jumlah Halaman : 266 hal
Adalah Ridho seorang lelaki asal Way Meranti Lampung Barat menuntut ilmu di Pesantren Darul Falah Desa Sidawangi yang diasuh oleh Kyai Nawir. Lama merantau sebagai santri dan khadim menemani Kyai Munawir Abdul Jalil berdakwah, akhirnya Ridho pulang ke kampung halamannya.
Usai lulus madrasah Aliyah dan pulang ke Way Meranti, sebenarnya Ridho ingin melanjutkan kuliah di IAIN Bandar Lampung. Namun, kakeknya berterus terang tidak dapat membayainya. Maka, kakeknya mengantarnya kembali ke Sidawangi dan menyerahkan kembali kepada Nyai Nawir untuk menjadi khadim, mengabdi kepada Nyai Nawir.
“Waktumu ngaji dan belajar di pesantren ini sudah khatam. Sudah saatnya kamu pulang ke Lampung. Keluarga dan masyarakatmu saat ini sangat memerlukan kehadiranmu. Berkemaslah, dan besok pulanglah ke Lampung! Tiket perjalanamu sudah diurus sama Najib.” (Hal 46).
Ridho pulang bersama pesan Kyai Nawir untuk mengantarkan putrinya Diana yang kuliah ke Fakultas Kedokteran UNILA ke rumah anak lelakinya Shobron. Kakak Diana KH. Sobron Jamil, Al Hafidz LC adalah putra sulung Kyai Nawir yang juga pengasuh pondok pesantren di Bandar Lampung (Hal 47).
Pulang ke kampung halaman, Udo Ridho menghadapi kondisi yang pelik. Kedua adik sepupunya Syifa dan Lukman adalah anak yatim yang menjadi tanggungjawabnya. Kedua orang tuanya. Belum lagi Nenek Halimah, Nenek Zumroh dan Kakek Jirun yang koma.
Untuk menyambung hidup roda perekonomian keluarga, Ridho bersama Syifa berjualan ayam goreng. Namun bukan keuntungan yang mereka dapatkan, tapi kerugian. Ridho pun banting stir berjualan gorengan (Hal 131).
Omongan tetangga tentang apa gunanya sekolah jauh ke Jawa tapi akhirnya berjual gorengan sangat menusuk hatinya. Tapi, Ridho tak menanggapinya. Ridho bertekad untuk membuktikan keberhasilannya dengan prestasi. Ridho menyadari keberhasilan itu perlu proses dan memupuk rasa sabar (Hal 135).
Sembari menguatkan ekonomi keluarga, Ridho juga terus berikhtiar menyembuhkan sakit Kakek Jirun. Ridho memanggil tukang bekam dan pijat syaraf dengan uang sisa pemberian Kyai Nawir.
Namun, Ia tampak sedih melihat adik sepupunya itu putus sekolah. Ia ingin sekali Syifa bersekolah tinggi. Ridho pun mencari informasi apakah Haji Syahril, ayahnya Syifa meninggalkan warisan untuk kedua anaknya. Dari cerita Nenek Zumroh dan Nenek Halimah, diketahui kalau harta warisan ayahnya Syifa dikuasai ibu tirinya Tante Rosma.
Ridho juga menemukan dokumen-dokumen penting yang ditinggalkan seperti surat nikah, album foto hingga surat wasiat yang ditulis tangan dan bermaterai.
Perjalanan Ridho dan Syifa menemui Tante Rosma tidaklah mulus. Tante Rosma tidaklah mengizinkan Syifa mendapatkan hak warisannya. Terlebih anak tertuanya Sita yang menekan Syifa dengan mengirimkan preman. Sebalinya Lina adiknya yang berhati lembut dan sahabatnya Diana ini mencari informasi apakah pernikahan ayahnya dan Bu Nurlaila sah secara Islam dan hak warisan untuk anaknya.
Di tengah kesulitan yang dihadapi Ridho, datanglah ujian. Syifa ditawari untuk menjadi penyanyi di Jakarta. Namun, atas saran Udo Ridho, Syifa menolak keras.
“Kita memang sedang diuji dalam kondisi serba kurang. Dan kini ujian datang lebih dasyat lagi. Ujian ini sebenarnya tidak hanya menguji kamu, tapi menguji aku. Aku memilih jualan gorengan asal barokah. Sekali lagi, kata-kataku bukan sabda yang harus diikuti. Kau merdeka menentukan piihan. Hidup ini memang pilihan. Yang jelas, aku berusaha menunaikan kewajibanku menjagamu sebagai kakak yang dituakan.” (Hal 199).
Dua sepupuan itu akhirnya saling mendukung menghadapi ujian hidup. Sampai akhirnya pertolongan Allah itu datang lewat Kyai Shobron yang berkunjung ke Way Meranti. Ia meminjamkan Ridho 40 juta sebagai modal usaha.
Selain itu, Kyai Shobron mengajak Ridho untuk berkunjung ke Kyai Harun di Pondok Pesantren Kanzul Barokat. Kyai Harun memberikan petuah kepada Ridho agar memakmurkan masjid peninggalan kakek buyutnya, kedua, teruslah berusaha membuka pintu rezeki dnegan melanjutkan berjualan dengan adiknya Syyifa, ketiga mendirikan pesantren di kampung halamannya, keempat, menyekolahkan adiknya kembali dan pesan lainnya.
Ridho pun menjalankan petuah tersebut. Ia mendirikan pesantren, skripsinya kelar dan Syifa lulus ujian paket C dan melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Kanzul Barokah Gisting.
Ridho pun sukses dengan usahanya, bahkan diundang dalam Seminar Enterpreneurship sebagai pengusaha muda dan pengasuh Pesantren Al-Ihsaniyyah, Way Meranti, Lambar.
“Salah satu hal penting untuk sukses dalam apa saja, termasuk bisnis adalah integritas. Integritas adalah sikap moral dalam diri yang terjaga lahir dan batin. (Hal 246).
Suatu hari Diana mengajak teman-temannya termasuk Lina ke Pondok Al Ihsaniyyah untuk menghadiri khataman. Di sana mereka mendengar Syifa melantunkan Al Qur’an dengan sangat menyentuh hingga pembawa acara mengatakan alangkah bahagianya kedua orang tuanya Haji Syahrir Abror dan Ibunya Nurlaila mendapatkan baju dan makhota kehormatan di akhirat kelak. Apalagi Syifa sudah hapal 25 Juz tinggal 5 Juz hingga genap 30 Juz.
Nah, mampukah Lina membantu Syifa diakui anak sah oleh Tante Rosma? Dapatkah Syifa hak warisan dari ayahnya? Siapakah jodoh untuk Ridho?Silakan baca langsung di Novel Kembara Rindu!
Kembara Rindu Novel Habiburrahman El Shirazy Berlatar Lampung
Membaca novel ini tentunya aku bangga sekali karena berlatar Lampung. Novel ini bertema menggambil latar di Merak, Bandar Lampung, Lampung Barat. Membaca novel ini, kehidupan masyarakat di pesantren kental sekali terasa. Lika-liku hidup Ridho banyak sekali bertabur hikmah.
Novel ini mengajarkan anak muda Lampung khususnya dan kita umumbya untuk :
1. Berkerja keras dalam menuntut ilmu.
2. Tidak mudah putus asa, selalu kembali kepada Allah (Kembali ke masjid).
3. Mengenalkan hukum hak warisan.
4. Pesan menjaga lingkungan dan membunuh gajah untuk mengkoleksi gadingnya adalah perbuatan sia-sia (Hal 208).
5. Menyenggol soal TKW.
6. Kehidupan pesantren yang menyenangkan.
Namun, tak ada gading yang tak retak, dalam novel best seller ini, ada beberapa kelemahan yang menurutku akan semakin bernyawa jika ditambah adanya dialog bahasa Lampung dan kesalahan ketik di beberapa halaman.
Nah, secara keseluruhan aku suka mengenai novel karya Kang Abik ini, kalau difilmkan akan sangat indah lokalitas Lampungnya. Semoga novel ini diangkat ke layar lebar. Aamiin.
Namun, tak ada gading yang tak retak, dalam novel best seller ini, ada beberapa kelemahan yang menurutku akan semakin bernyawa jika ditambah adanya dialog bahasa Lampung dan kesalahan ketik di beberapa halaman.
Nah, secara keseluruhan aku suka mengenai novel karya Kang Abik ini, kalau difilmkan akan sangat indah lokalitas Lampungnya. Semoga novel ini diangkat ke layar lebar. Aamiin.
Apakah kamu sudah membacanya? Kalau belum silakan dipesan yuk! Asyik, buat teman di rumah saja!
*Pembahasan ini disampaikan pada Bedah Buku Kembara Kasih pada tanggal 8 September 2019 di ITERA, Lampung.
Jadi penasaran, udah lama gak baca lagi novel2 karangan belio, kyknya bagus dibaca menjelang ramadhan ini 😊
BalasHapusWaah kangen mau baca novelnya Kang Abik. Banyak ilmu yang bisa kita dapat dari novel2 beliau nih. Kalau dari resensinya Mba Naqi kayaknya bukan anak muda aja nih yang perlu baca, orangtua juga perlu baca. Soalnya ada masalah hukum waris. Kebanyakan yang tua-tua juga banyak yang ga paham. Kalau dikemas dalam sebuah novel, kesannya jadi tidak menggurui ya.
BalasHapusKangen baca-baca novel lagi, udah lama banget belum ada waktu yang pas untuk baca novel. Baca resensi ini jadi penasaran pengin baca novelnya juga. Sarat pesan untuk survive ya. Suka dengan tokoh utamanya yang pekerja keras dan pantang menyerah. Sangat menginspirasi :)
BalasHapusWih, kegiatan FLP ya ini. KEren FLP Lampung. Masya Allah ya Kang Abik masih berkarya rupanya. Semoga kelak difilmkan juga ini.
BalasHapusWah, sepertinya asyik sekali jika bisa membacanya secara komplit. Baca novelnya langsung. Apalagi aku udah lama gak baca novelnya Kang Abik 😁.
BalasHapusBtw bangga dong penggemar literasi asal Lampung atas lahirnya buku ini. Hehehe.
Alhamdulillah jadi punya tambahan rencana membaca vuku inih mba. Aku senang novel yang juga memiliki nilai moralnya dan juga jalan cerita cakep
BalasHapusSepertinya ini jadi referensi novel yg asik nih selama di rumah aja.
BalasHapusSemoga saja jadi naik difilmkan ya, pgn lihat Lampung juga, krn aku belum pernah kesana.
Wah baca resensi aja aku dah terbawa nih mba...
BalasHapusHiikss
Btw latar Lampung membuat aku py imajinasi tersendiri dr cerita novelnya
lama udah nggak baca novel beliau. Padahal muatan sastranya bagus menurut saya. Dan pastinya ada muatan Islami.
BalasHapusKang Abik produktif banget ya mbak Naqy, salut dengan beliau, ada saja idenya untuk menulis novel dan tebal banget biasanya hehe..
BalasHapusDih aku kesel sama Tante Rosma, nih Mbak. Moral story novelnya keren, ya.Btw Udo itu kayak nama panggilan buat cowok di Lampung, kah?
BalasHapusWah seru ceritanya. Jadi penasaran ya endingnya gimana
BalasHapusAku juga suka novel karya kang abik.
BalasHapusAku juga suka novel karya kang abik.
BalasHapuswaah, kemarin-kemarin mau beli ini belum kesampaian. Jadi pengeen langsung beli hehee
BalasHapusSaya selalu senang baca novel kang Abik, bahasanya mudah dipahami.
BalasHapusUdah pengen banget ke toko buku nih, tapi masih harus dirumah aja
Saya belum baca nih, malah baru tau sekarang tentang novel ini... Menarik nih, pengen baca deh...
BalasHapusAku baru tahu loh mba, kalo Kang Abik rilis novel baru dan tahun kemarin ya.
BalasHapusCoba ntar nyari di toko buku online aja, lagi rawan kalo keluar rumah
Lama juga tidak membaca novelnya Kang Abik.. semoga tidak mengecewakan saat membaca novel ini, ya Mbak..
BalasHapusAku baru tahu nih pengarangnya. sepertinya bagus ya novelnya buat bacaan di Ramadan. pengen beli buat kado temenku
BalasHapusBuku baru Habbiburahman ya ...sll keren ya tulisannya. Jd pengen baca
BalasHapusSudah lama sekali ga baca karyanya Kang Abik ini, aku selalu suka karena bergizi semua cerita maupun sisipan ilmunua..dan penasaran nih lanjutannya gmn cus ah beli
BalasHapusPasti polemik jatuh cinta ya mak yang ada nafas Islamnya khas tulisan beliau.
BalasHapusMasih teringat jelas pertama kali aku baca novel Habiburrahman El Shirazy.
BalasHapusMenuliskan kisah cinta nan romantis namun tetap dibalut dalam hukum Islam.
Semoga segera ada e-booknya...
Aku belum baca mba. Tapi reviewnya ini bikin aku penasaran deh. Suka dengan gaya bertutur Kang Abik. Aku pernah baca yang Ayat Ayat Cinta 2. Meskipun saat difilmkan jadi berantakan ceritanya, sesungguhnya novelnya sangat lah bagus. Aku suka banget dengan kedalaman kisah yang beliau tuturkan.
BalasHapusCerita dengan latar belakang pondok pesantren selalu menarik buat saya. Ada kesederhanaan dan semangat yang selalu menjadi bumbu cerita. Sangat bermafaat membacanya
BalasHapus