Judul : Me Time
Penulis : Lea Agustina Citra, Ken Terate, Ruwi Meita, Donna Widjajanto dan Mia Arsjad
Cetakan : 1
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 272 Hal
Assalamualaikum Sahabat Smart Mom,
Menjadi seorang ibu adalah sebuah anugerah. Ada tanggungjawab di dalamnya. Sebuah amanah yang luar biasa. Dari sejak hamil, melahirkan hingga menyusui telah menjadi tugas yang membutuhkan ekstra kesabaran. Namun, ada saatnya menjadi ibu, baik ibu bekerja di luar rumah (kantoran) atau ibu bekerja dari rumah (termasuk tugas domestik) membutuhkan me time atau waktu untuk diri sendiri.
Pengalamanku, saat anak pertama melakukan me time sulitnya luar biasa. Bahkan kalau mau pergi ke pasar harus satu paket. Suami belum mau untuk menjaga Faris dalam waktu yang agak lama. Jadilah kami pergi bertiga. Ke pasar bertiga sering kali menambah pengeluaran diluar budget belanja. Misal dari rumah hanya ingin membeli sayuran dan lauk. Tapi, kalau bawa anak akan melirik mainan, huhu... belanja sayuran dan lauk Rp. 100 ribu tapi mainan kena Rp. 25 ribu belum lainnya.... olala....
Nah, sebenarnya perlu enggak sih seorang ibu melakukan me time? Menurut aku sih perlu banget agar menjaga kewarasan seorang ibu. Tiap hari bertemu dengan rutinitas antar-jemput anak, belanja, memasak, menemani anak belajar terus berulang-ulang akan menemukan titik jenuh. Maka, pengen juga sesekali pergi sendiri ke pasar, menikmati soto sendirian atau pergi ke salon untuk creambath, uhuy enaknya!
Sebenarnya bukan aku saja yang memerlukan me time untuk menjaga kewarasan, ada banyak mamah muda di sana yang membutuhan me time. Namun, tidak mudah mendapatkan Me Time diwaktu dan kondisi yang diinginkan. Seperti Buku me time yang telah aku baca ini. Awalnya aku kira buku ini tema non fiksi yang pasti bakal nemukan tips A, B atau C menyikapi Me Time ala Mamah Muda, ternyata buku terdiri dari 272 halaman ini bergaya fiksi ditulis oleh 5 penulis kece tanah air.
Kisah me time pertama diceritakan oleh Lea Agustina Citra. Tokoh Maya yang ngefans berat dengan Komik Topeng Kaca ini merasa suaminya kurang memperhatikannya. Suaminya Reno seorang dokter. Maya terusik dengan pertanyaan anaknya, “Mama kok nggak kerja sih? Mama pegangguran, ya?” (Hal 7). Maya merasa terganggu apalagi anaknya membandingan dengan pekerjaan mama teman-temannya. Maya jadi sensitif, apalagi suaminya sangat sibuk di rumah sakit. Maya merasa hampa saat Reno berjanji mengizinkan Maya menonton teater Bidadari Merah proyek impian Maya sebelum ia menikah. Namun, gagal karena Reno harus ke rumah sakit karena ada kecelakaan beruntun dan Reno harus segera membantu operasi. Maya menunggu Reno pulang tapi hingga tengah malam Reno tak pulang sehingga Maya kembali meradang. Apakah Maya dan Reno akhirnya mendapatkan kesepakatan?
Cerita kedua ditulis oleh Ken Terate berjudul Setelah Fio Hadir dan karya Donna Widjajanto berjudul Tiket menceritakan kisah mamah muda yang kewalahan mengurus bayinya. Tokoh aku dalam kisah Setelah Fio Hadir selalu mengalami kejutan setelah bayinya lahir. Pengalamannya mengurus keponakan yang selalu berpola manis membuat ia kewalahan menghadapi bayinya. Apalagi Fiona termasuk bayi yang mambu tangan, maunya digendong kalau diletakkan akan menangis kencang. Awalnya ia ingin mengasuh anaknya sendiri tanpa bantuan orang lain, namun akhirnya mencoba berbagi peran dengan suami sehingga akhirnya bisa menemukan cara eksistensi bahkan setelah memiliki bayi.
Cerita Ketiga, The Singging Coffin oleh Ruwi Meta. Mbk Ruwi yang terkenal dengan karyanya bertema horor. Kita akan diajak Mbk Ruwi dengan diksi yang cantik dan bikin merinding hehe... tapi asyik kok dibaca. Diceritakan, Diani
berusaha bangkit dari rasa sedih sejak kematian suaminya 3 tahun yang lalu. Hal
yang bisa menenangkannya hanyalah menyeduh kuntum-kuntum melati seperti tiga
pil tidur (Hal 139).
Cerita Keempat oleh Mia Arsjad berjudul Pangeran untuk Nin. Nana adalah seorang single parent. Suatu hari Nana melihat kucingnya menjatuhkan TV dan bertepatan dengan anaknya pulang. Saat itu Mowmow kucingnya gagal menangkap kupu-kupu lari ke arah pajangan kayu dan terjatuh hingga terpijak Nina. Nana seketika emosi dan memarahi Nina. Namun, akhirnya Nana menyesal telah memarahi anaknya. Awalnya Nana merasa tidak membutuhkan me time karena tidak ingin dianggap capek mengurus anak. Namun, akhirnya Nana menyadari ia membutuhkan me time, memanjakan dirinya sendiri setelah berkutat dengan urusan kucing, anaknya, rumah dan lainnya.
Ada
beberapa dialog di buku ini yang bikin lucu plus gaya misteri, khas Mbk Ruwi
penulis yang suka menulis tema horor. “Kadang-kadang aku berpikir Mbk Diani
seperti Suzanna,” kata Septi saat mendapati Diani mengunyah seuntum melati (Hal
149).”
“Aku
enggak depresi, Sep. Kamu tenang aja. Aku hanya lelah.”
“Setiap
orang butuh sendiri. Kupikir itu tidak egois. Bukankah kita harus tetap menjaga
kewarasan kita?” (Hal 142).
Dialog
antar tokoh yang penuh makna, walau cerita bertema kesedihan. Namun, pesan dari
cerita ini kita dapat menyadari kalau kita perlu me time.
Cerita Keempat oleh Mia Arsjad berjudul Pangeran untuk Nin. Nana adalah seorang single parent. Suatu hari Nana melihat kucingnya menjatuhkan TV dan bertepatan dengan anaknya pulang. Saat itu Mowmow kucingnya gagal menangkap kupu-kupu lari ke arah pajangan kayu dan terjatuh hingga terpijak Nina. Nana seketika emosi dan memarahi Nina. Namun, akhirnya Nana menyesal telah memarahi anaknya. Awalnya Nana merasa tidak membutuhkan me time karena tidak ingin dianggap capek mengurus anak. Namun, akhirnya Nana menyadari ia membutuhkan me time, memanjakan dirinya sendiri setelah berkutat dengan urusan kucing, anaknya, rumah dan lainnya.
Nah, sahabat Smart Mom, aku ada buku gratis untuk calon pembaca yang beruntung. Tapi, kuisnya di Igku ya! So, klik link berikut ini : Review dan Giveaway Me Time di Instagram
Sungguh ya,punya pengalaman anak pertama itu luar biasa hehe..aku kemana2 masih diintilin bubuky ^^
BalasHapusSangat menginspirasi sekali isi blognya, terimakasih sudah membuat. Semoga bermanfaat untuk yang lain juga ya :)
BalasHapusMenjadi ibu utuk pertama kalinya menurutku susah-susah gampang :D
BalasHapusWah, terimakasih sudah mau berbagi pengalamannya :)
BalasHapusJadi ingin punya bukunya juga hehe :D
BalasHapusWah, bukunya ditulis oleh 5 penulis kece tanah air. Jadi penasaran isi keseluruhannya nih :)
BalasHapusSangat menginspirasi sekali :)
BalasHapusSelain Ibu, apqkah Bapak juga punya me time?
BalasHapusKayaknya me time itu selalu jadi bahan pembicaraan yg hot utk mama2 muda plus mama2 matang seperti aku😁😁
BalasHapusdulu jaman masih muda pingin me time nya itu masuk ke hati banget sampai hard feeling gitu😂😂
tapi setelah ngeh dgn diri sendiri baru deh dapet rumusnya kalo me time ku itu cuma keluar dari rutinitas aja sebenarnya😁
Keren2 bukunya mba naqiy👍
Kemarin sdh bc ini tp lupa jejak. Ini cocok bgt untukku mbak huhuuuuu... Sedang merasa sangat sedih dan marah krn kurang me time
BalasHapusWah, ceritanya menarik nih, mbak, saya boleh ikutan GA nya kan ya 😀
BalasHapusWah, mau duung ikutan GA nya. Me time untuk seorang ibu tentu penting banget ya. Saya juga dulu abis lahiran anak pertama belum paham ini. Hehe. Tapi skrg sudah bisa lebih enjoy menikmati peran jadi ibu
BalasHapusMe time itu pentiiing banget! I would love to read this book!
BalasHapuspengen banget deh ini baca bukunya, mau ikutan GA nya juga aahh Mbak.. *meluncuuurrr* :D
BalasHapusWaaaa.... unik ya, penulis misteri menulis tentang me-time ibu dalam bentuk fiksi.... Duuuh, jadi pengen baca mbaaa....
BalasHapusSama mbak, waktu masih anak satu, kalau ke pasar paket lengkap bertiga Alhamdulilah setelah anak ke dua, emak bisa me time pergi ke pasar, ke salon, ke supermarket dan kadang saya masih sempet loh jajan pempek di deket rumah sendirian. Taoi ya gitu, meski pingin sendiri, rasanya kok malah inget anak anak di rumah ya, gagal me time deh, raga iya alone, tapi rasa dan pikiran tep ke anak ama suami
BalasHapusAku alhamdulillah bgd nih, Mbk. Begitu bocah lahir, suami mau diajak berbagi peran, jd bisa me time dengan sukses. yihaaaa... btw aku penasaran sm cerita yg pertama, so kayaknya aku langsung meluncur ke igmu aja ya mbk, biar bisa ikut giveaway berhadiah buku kece ini. Cus ah
BalasHapusReviewnya ngena banget di hati. Memang setiap orang butuh me time biar hati tetap happy. Saya juga selalu punya waktu untuk me time. Eh mumpung belum ada bocil..
BalasHapusBanget. Me time bagu seorang ibu penting agar ibu bisa merilis stresnya hehe... Good luck buat GA nya ya, Mba :)
BalasHapusAku mau nyoba baca juga nih mba. Berasa butuh me time buat baca tapi kadang pengennya gerak terus. Ntar insyaAllah aku mampir di IG ya mbaa
BalasHapusDan akuh tergoda mau ikutan GA. Suka banget cerita fiksi apalagi ala emak2 gini yak
BalasHapus“Mama kok nggak kerja sih? Mama pegangguran, ya?”
BalasHapusSaya pernah ditanya kayak begini sama Keke. Malah dia sampe nyuruh saya kerja biar kayak bunda teman-temannya hehehe. Tapi, saya gak sampai terusik. Karena saat menjadi anak, mamah saya seorang pekerja kantoran. Berangkat abis subuh, pulang malam. Jakarta dan sekitarnya kan macet banget . Seringkali ketemunya saat wiken. Saya sering berharap mamah jadi ibu rumah tangga aja kayak mamah sahabt-sahabat saya. Setelah Keke ngomong gitu, saya jadi mikir. Kayaknya anak memang akan berpikir atau meminta apa yang dia gak punya.
Berarti ini kumpulan kisah nyata ya, Mbak? Tentang me time juga saya pernah kesal karena susah me time. Tapi, akhirnya mikir kalau belum bisa me time ya udah we time aja :)
Me Time itu perlu banget tapi cara ME Time seorang ibu itu beda-beda ya gak bearti harus keluar rumah juga. Bisa makan atau mandi tenang aja kadang bisa buat me time
BalasHapusWaktu baru punya anak pertama plus merantau di Manado pula, apa ya me time ku? Ha ha. Soalnya naik angkot susah jalurnya. Paling ngojek and pulangnya naik taksi. Beberapa tahun lalu ongkos taksi 50ribu dari mall ke rumah tu lumayan banget. Tapi yah sesekali, tapi tetep perginya sama Rayyaan. Krn waktu itu dibanding mikirin me time ku sendiri, aku lebih concern dengan perkembangannya so sesekali kuajak ke playland buat main sama anak2 lain n main apa2 yg kami ga punya di rumah. Sering merasa butuh me time saat habis lahiran anak kedua dan 2 ibuku sakit. Tapi ya ga jauh2 juga, nyebrang aja ke Giant beli teh haha
BalasHapusWah buku yg menarik. Ntar meluncur deh ke ig nya
BalasHapusJadi "mamah baru" memang berjuta rasanya, ditambah lagi kalau suami sedang sibuk, haduuuhh... nikmatnya. hihihi
BalasHapusYang paling membuatku penasaran kok Maya dan Reno, yaaa. Duuh, ada kesepakatan apa kira-kira ya. Hhahaha
BalasHapusKeknya kalo dah jadi ibu,me time ku adalah duduk diem depan laptop atau nonton pilem wkk
BalasHapusAKU MAMAH MUDA YANG BUTUH ME TIME (pake capslock) saking pengen banyak punya waktu me time hahahaha penasaran sama isi bukunya
BalasHapusMe time itu dibutuhkan semua orang ya karema setiap orang, apapun status dan posisinya butuh eksistensi diri, walau seledar buat status di medsos sambil dengan musik
BalasHapusMe Time terbaikku, adalah bisa bersama-sama dengan keluargaku, masih ingat ketika VTJ Masih baby 3 bulan ibunya juga harus kerja di kantor Lampung Timur, saya kerja di kantor bandar Lampung, begitu jam 2 siang rasanya saya pengen cepet2 pulang dan itu saya lakukan (Pulang pergi) demi buah hati.
BalasHapusMenjadi ibu untuk pertama kali memang anugerah banget, perasaan bahagia yang membuncah disertai rasa khawatir yang gimaaaa...gitu. Bunda alhamdulillah dari hamil pertama sampai kehamilan yang ke lima gak pernah susah tuh, malah ada yang gak ketahuan kalo hamil, dokternya aja bilang ibu tidak hamil. Akhirnya dianggap gak hamil, keguguran deh. Itu tahun `1967 jadi belum kenal sama yang namanya USG.
BalasHapusDuh,anaknya bisa membandingkan pekerjaan mamanya dengan mama teman2nya....hmmm.
BalasHapusBtw, me time buat aku skrg ini juga susah2 gampang. Waktu tidur jd taruhannya. Nonton stand up comedy biar ketawa2, urat2 kepala agak lega dikit kan....hehehe
Aku 15 tahun pernikahan dg anak 6 dan agak bingung juga sih kalo ditanya butuh me time atau enggak. Soalnya kalau pergi sendirian itu rasanya malah mati gaya hahahaha. Makanya sekarang kalau nonton atau mampir buat makan2 kalau ga bisa ngajak semua anak ya biasanya melipir sama si abege. Atau berdua sama sisulung ke toko buku. Dia di bagian komik saya di bagian novel terjemahan. Bahkan sampai sekarang setelah saya dan suami sepakat bikin waktu untuk traveling berdua khusus ke ln tapi setelah di ln malah rasanya sedih ga bisa ngajak anak2 lihat negeri orang. Serba salah hahahaha.
BalasHapusMenarik ya bukunya, asyik kayaknya baca buku me time ini mbak, meski cerita fiksi kayaknya bagus juga untuk membangun jiwa emak emak yg gak bs metime lama lama hihi selalu aja ada yg gendolin. Jadinya we time melulu
BalasHapusWAktu anak2 masih balita aku juga ngerasa kesulitan tuk me time mbak..untuk sekesar ke kamar mandi buang hajat aja ga bisa lama2. Tapi seiring berjalanya waktu dan anak2 sudah mulai sekolah, perlahan mulai bisa me time, walau ga bisa sering2. tapi lumayan lah..hehhe. Menarik banget nih bukunya,jadi penegn baca juga.
BalasHapusAnak2 itu pertanyaannya emang sering gak ketebak ya :D
BalasHapusPenasaran baca sampe selesai, ikutan giveawaynya ya Bun hehehehe
BalasHapusSeruu bangett...bukunya.
BalasHapusKayanya semua mama perlu kekuatan dari buku ini deeh...
Ikuut GA...
emang penting mengagendakan me time khusus hehe biar refresh
BalasHapusDaripada melo memikirkan me time yang ideal, lebih baik berusaha menjadikan apapun yang sedang dikerjakan menjadi me time. Bisa? Kadang-kadang, he he he.
BalasHapus