Assalamualaikum
Sahabat Smart Mom,
Sudah
lama nih nonton Film Ayat-ayat Cinta 2 tapi belum sempat juga nulis review
filmnya. Diingatkan keponakan yang ingin banget membaca tulisan tantenya ini.
Okelah aku akhirnya menulis juga,
ingatan yang tercatat di note hp hehe...
Sejak
FLP Bandar Lampung ingin mengadakan Nonton Bareng (Nobar) Film AAC 2 ini, aku sangat antusias . Apalagi film ini
lanjutan dari AAC 1 yang sudah lama berlangsung. Iya dong, zaman AAC 1 aku masih
punya anak 1 pas lanjutan AAC 2 aku sudah emak dari 3 anak. Gimana ya sosok
Fahri di zaman now? Uhuk, baiklah fix ikutan nonton karena Fahri? Hahah...
Saat
di group WA aku nanya, “Eh, yang nonton cuma aku ya emak-emaknya?” soanya dari
40-an peserta yang beli tiket Nobar, malu aja kalau emak-emak sendirian?
Untungnya ada Lilih Muflihah menjadi teman nonton, syukurnya juga tempat
duduk kami dekatan. Jadilah sepanjang nonton kami diskusi soal adegan di AAC 2.
Baca Juga : Film Duka Sedalam Cinta (DSC) : 5 Alasan Harus Nonton!
Demi cinta Aisha menjadi Sabina |
Fahri
yang tidak menyadari dengan perhatian Hulya, hatinya masih memikirkan Aisha
istrinya yang menjadi relawan di Palestina tapi hilang kontak. Pernikahan mereka belum dikarunia
buah hati. Dokter memvonis Aisha tidak bisa memberikan keturunan, sehingga
mengobai hatinya yang sedih, Aisha mengikuti temannya menjadi relawan hingga ke
Palestina.
Di Palestina, Aisha mengalami siksaan amat pedih. Inilah penyebab Aisha
tak berani menemui Fahri. Cintanya yang amat besar membuat Aisha tak ingin
mengecewakan suaminya. Ia bahkan rela menyamar sebagai pembantu di rumah
sendiri. Aisha memakai identitas palsu bernama Sabina. Berulang kali ia menolak
bahkan mencenderai tangannya agar indentitas dirinya tidak terbongkar.
Di
sisi lain, Fahri galau segalau-galaunya. Ia belum menemukan Aisha tapi Hulya sudah
memberi sinyal, “Yuk, kita nikah!” aduh, Fahri jadinya minta nasehat Misbah sahabatnya yang menumpang tinggal di rumahnya. Apalagi setelah Ayah Hulya datang dan menjodohkan mereka. Fahri akhirnya mau
menerima Hulya dan membimbing Hulya menjadi muslimah yang kaffah. Episode ini
so sweet deh. Tapi, acara nikahannya kurang mewah, lebih bergetar di AAC 1 hehe...
Keira yang sukses sebagai pemain biola akhirnya mengetahui siapa sosok penolongnya. Orang yang membayar dan mendatangkan guru les biola ke rumahnya. Keira datang hingga ia berlutut di depan Fahri untuk say, “Nikahi aku Fahri!” uaaaaaaaa... itu di depan Hulya yang lagi hamil gede. Tapi untung gak diterima Fahri ya? Hihi...
Baca Juga : Gempar Mas Gagah Membangkitkan Geliat Film Dakwah
Baca Juga : Gempar Mas Gagah Membangkitkan Geliat Film Dakwah
Keira melamar Fahri :) (Sumber foto : Google) |
Eh, jadinya gimana dong endingnya? Hulya dan Aisha bersanding bersama mendampingi Fahri? Eits, kok jadinya face off? Nah, nonton dulu dong!
Usai nonton si Super Fahri ini, sebagai emak-emak zaman now aku punya catatan tersendiri :
1. Sosok Fahri mengobati rasa rindu akan cocok seorang laki-laki muslim yang ideal. Murah hati, cerdas, taat ibadah dan pengusaha muda yang sukses. Selama ini sebagian remaja menonton film Korea dan mengelukan tokohnya. Di Drama Korea memang tokoh utama tak sempurna, ada sisi kekurangannya, sehingga tidak “malaikat banget.” Nah, Fahri ini tokoh yang diciptakan ideal sebagai identitasnya lelaki muslim.
2. Fahri terlalu baik hingga menimbulkan fitnah? Betul, kebaikan dia bisa disalah artikan orang. Di sini kadang kita melihat, wiih jiwa malaikat banget emang ada orang kayak gitu? Aku pernah ikut bedah bukunya Kang Abik di Way Jepara, Lampung Timur. Saat itu ada yang bertanya, “Emang ada ya sosok tokoh seperti novel kang Abik? Kok ideal sekali?” Kang Abik saat itu mengatakan, bahwa tokoh itu terinspirasi dari kisah nyata. Memang ada sosok seperti itu dan ia ingin mengenalkan pada banyak orang, ada loh sosok muslim yang ideal. Tapi, tentu dalam 1000 bisa cuma 1 orang kali ya? Hehe...
3. Sosok Fahri kok poligami terus? Eh, hampir poligami ya? Haha... ini mungkin industri film ya. Namanya fiksi. Tapi kegigihan Fahri mencari info Aisha kurang tereksplor di film ini. Fahri juga tidak melihat keganjilan terhadap sosok Sabina. Aku sendiri menunggu-nunggu kapan nih Sabina main biola, sehingga Fahri mungkin akhirnya penasaran siapa pemain biola, mengintip dari jauh sosok bercadar itu. Lalu, mulai mengikuti gerak Sabina, bongkar CCTV hahah... ini ide di kepalaku menggantikan skenarionya. Kenapa wahai Fahri, kenapa tidak kau kejar Aisha hingga tetes darah terakhir? Huaaa... emak melow.... :'(
4. Peran Hulya cakep banget. Sosoknya masih segar di layar kaca. Actingnya juga lumayan oke, tapi aku agak terganggu saat dia hamil. Itu perutnya kenapa kayak kotak? Bukan bulat ya? Lalu, ketika Fahri dilamar Keira, kok dia gak marah? Kenapa dia mengundang Keira ke rumah dengan membongkar kebaikan Fahri membiayai Keira? Kalau aku sih berpikir, biasa ajalah pengen kepastian. Toh di TV dia melihat wawancara Keira kalau ketemu sih penolongnya, ia akan minta dinikahi. Sebagai sosok istri Fahri, Hulya wajar ingin membuktikan. Dan dramatis banget akhirnya ya? Hehe...
5. Aisha akhirnya ketahuan setelah selama ini menjadi Sabina. Bagaimana hati Fahri? Inilah bedanya dengan perempuan. Laki-laki bisa mencintai perempuan dua sekaligus, huhuhu.... tapi adegan face off emang bikin gregetan. Kok secepat itu? Kenapa tidak seperti Drama Hospital Ship, setiap operasi bikin tegang dan kece banget itu detail adegan operasinya? Kutanya dengan keponakan yang dokter, “Emang bisa ya face off?” katanya, bisa aja sih tapi di luar sana, tapi enggak juga kayak dicetak wajahnya, malah kayak topeng, padahal seharusnya kemungkinan lembek wkwkkw...
Foto cantik abis Nobar AAC2 dengan FLP Bandar Lampung |
Sosok lelaki seperti Rasulullah Saw, dari sisi positif film ini banyak sekali. Bangga dengan Kang Abik atau lengkapnya Habiburrahman El Shirazy yang pernah jadi pendiri dan Ketua FLP Mesir ini. Novelnya sudah difilmkan. Teringat zaman Pra Munas FLP, Kang Abik masih membawa calon naskahnya dan baru pulang ke Indonesia. Kang Abik membuat kami bangga, teruslah menciptakan sosok yang menjadi panutan anak-anak kami.
So, Sahabat Smart Mom, apakah kepincut dengan Super Fahri juga? Share dong!
Daan, sampai sekarang aku belum nonton Ayat Ayat Cinta 2. Smoga ntar bisa nonton ah. Tapi kayaknya nggak kepicut ama Fahri deh. Mba, di film ini Fahri agak minim senyum ya. Kayak terlalus erius seperti biasanya Fedil Nuril main film ?
BalasHapusApa aku saja yang belum nonton film AAC2, hihi cuma baca riview dari blog, huhu.
BalasHapusMbak Naqiyyah Keren tulisannya,,, jadi pengen bisa nulis kayak mbak naqi nih,,, bagi tipsnya dong...
BalasHapussudah baca review tentang film ayat ayat cinta 2 tapi baca tulisan mbak naqi ga bosen bacanya,, sampe berulang saya baca untuk mendapatkan ritme tulisannya,, untuk belajar nulisnya hehehe...
keren juga sosok fahri di film aac2, jadi idaman tapi menurut saya sosok hulya dan keira juga keren, karena pas saya tunjukin tulisan ini ke istri pas pada poin pembahasan hulya dan keira. istri langsung memandang saya dengan tatapan sinsi... hehehe
Sudah beberapa lihat review film aac2 ini,jadi berasa sudah ikutan nonton langsung.tapi baca review mba Naqiy dengan cuplikan dialoqnya makin berasa ikutan menghayati perasaan pemerannya
BalasHapusSemoga ada AAC3 ya mbak. aamiin
BalasHapusSeperti yang kutulis di review AAC2 di blogku : Aku pun percaya kalau di dunia ini ada sosok seperti Fahri.
Aku belum nonton bun, ya Allah gemes banget og hahahah Fahri idaman banget
BalasHapusAku juga belum pernah nonton AAC2. Parah? Nggak juga. Dengan baca review teman-teman di blog, kurasa cukup. Meski nggak nolak kalo ada yang ngajak nonton hehe.
BalasHapusSosok Fahri kayak impossible deh. By the way ... Film ini juga berkisah tentang poligami ya? Rrrr ...
Wah saya jadi rindu ke bioskop, semenjak punya bayi ga pernah nonton di bioskop. Baca review mba naqi malah jadi kepo sm filmnya
BalasHapusSaya paling suka foto yang bersama itu mbak... ternyata terselip seorang pemuda di situ. :). Btw, Reviewnya complit loh mbak.
BalasHapusSungguh aku makin penasaran karena aku belum nontoh hihi. Mbak naqy emak jaman now banget siih nulisnya :)
BalasHapusKepincut, haha
BalasHapusSama deh mba kaya saya, pengennya buru2 ketauan kalau Sabina itu ya Aisha. Tapi tetep ya jadinya happy ending.
Saya ngilu pas di bagian Sabina disiksa itu mbak :( ga tega banget... Nah iya. Kalau wajah diangkat lembek ya. Hahaha... Mbaaak.. jangan diskusi sambil nonton. Diskusinya kalau udah kelar aja :D
BalasHapusjarang nonton bioskop saya, nunggu ada di Tv :D
BalasHapusApa cuma aku aja yang mupeng tiap liat temen posting review AAC2? Di kota tepat aku tinggal sekarang, ga ada bioskop dong -,-
BalasHapusWaawaa...baru tahu kisah AAC dari perspektif mba Naqiyyah...
BalasHapusSukka sekali.
Komentarnya ga negatif semua.
Harusnya kita selalu ambil sisi positif dari setiap apa yang kita tonton yaa, mba...
Jangan hanya bisa mengkritisi...wwkkwkw...tapi memang itulah kehidupan.
Syukron mba...
Di film AAC 1, katanya sosok fahri di dunia nyata sebenarnya adalah kang abik itu sendiri.. Hm..
BalasHapusBerhubung yang disuguhkan kepada kita tontonan yang kurang mendidik, jadi ketika ada sosok seperti fahri kita segera berujar. Apa masih ada orang seperti Fahri?
BalasHapusSaya termasuk orang yang yakin orang seperti Fahri ada dalam kehidupan nyata.
Semoga ke depan, suguhan film yang positif dan membangun karakter generasi ini semakin banyak di kemudian hari.
Terima Kasih Mbak Reviewnya.
aku suka novelnya...asli.. tapi buat nonton filmnya kok malah nggak kepingin ya baik yang aac 1 atau aac 2
BalasHapusAku belum nonton, hiks. Belum punya waktu untuk nonton AAC2 >.<
BalasHapushehehe, aku belum nonton selalu saja ada kendala tapi bagus banget mbak naqi atas ulasannya btw karena kepincut udah berapa bolak balik ke bioskop buat nonton AAC
BalasHapusAku belum nonton film ini krn belum sempet (sok sibuk banget haha). Tpi klo baca review filmnya udah beberapa kali
BalasHapusNonton Fahri di jaman now gini kek too good to be true ya h mb.. Tapi semoga ada dan tambah banyak deh orang2 ke gini..
BalasHapusWah sosok seorang Fahri memang idaman banget ya mbak Naqiy..
BalasHapusAlhamdulillah saya sudah nonton filmnya 4 Januari lalu. Dan mencoba menulis reviewnya diblog saya yang masih ala-ala. Hehe..
Salam kenal mbak Naqiy...
Aku belum sempet nonton. Ebooknya ada tapi belum sempet dibaca :). Tapi baca reviewnya justru buat saya semakin menggebu ingin segera menuntaskan niat yang tertunda untuk menelusuri sosok Fachri di AAC2.
BalasHapus