Seberapa
Berani Anda Membela Islam? Beberapa hari lalu, seorang teman
menulis status mengenai anaknya makan Sari Roti. Di dunia nyata tak ada yang
membahas mengapa makan Sari Roti, tapi saat diupload ke media massa, maka orang akan berkomentar mengenai keimanan
ibunya. Oke, ini mungkin bagi Anda sekedar Sari Roti. Masalahnya yang lagi hits
ramai diperbincangan di dunia maya sejak ada klarifikasi pihak Sari Roti kalau
mereka tidak mendukung Aksi 212. Hello,
lagian siapa yang menduga kalau itu murni sumbangan Sari Roti? Orang cerdas
mikirlah ya kalau itu sudah dibayar oleh seorang dermawan dan pihak penjual
tinggal membagikan. Kalau pun ada murni dari penjual mungkin tidak sebanyak segerobak.
Tapi, ini bukan sekedar Sari
Roti kawan, ini soal seberapa berani Anda Membela Islam. Saat ini muslim lagi
sensitif soal isu boikot Sari Roti, jadi kalau kamu mengupload ya wajar kalau
ada yang komen. Lalu, ketika aku komen mengingatkan kalau statusnya itu
sensitif apakah aku termasuk sotoy? Menulis status di fb seperti kita menulis
buku. Kalau sudah terbit, orang lain berhak menilai. Jadi, kalau enggak siap
mental dikomen orang, nulis status yang aman aja, jangan memancing di air
keruh!
Ada teman yang enggak
berani memberikan komen karena enggak kuat berdebat. Tapi ada yang diam-diam
memberikan jempol atas pendapatku. It’s oke. Ini seberapa berani kita menjadi
diri sendiri dalam menghadapi beda
pendapat. Aku jadi teringat buku yang belum selesai aku baca, buku berjudul Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Memang rawan berdebat di
dunia maya, kita harus banyak bersitighfar. Banyak mudhoratnya. Tapi, tetap
soal aqidah aku tak
bisa cuma ngasih jempol. Nah, biar enggak melebar ke mana-mana dan amarah terbawa
hawa nafsu, Kita kulik aja buku ini.
Balik ke buku mengenai Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Buku ini aku baca dengan pelan-pelan karena banyak aku temui kalimat yang
membuat aku merenung. Betapa banyak kewajiban yang belum aku tunaikan. Kata Pemberani
sendiri diambil dari kata ar-Rajul yang ditulis 45 kali di dalam Al Quran. Sikap pemberani ini
tidak identik dengan laki-laki saja atau usia tertentu saja. Buku ini memuat 13
ciri atau karakter seorang pemberani. Baiklah akan kuualas satu persatu-satu.
Isi Buku Seberapa Berani Anda Membela Islam? |
Inilah 13 Ciri atau
Karakter Seorang Pemberani dalam Membela Islam :
-
1. Mencintai MasjidKedewasaan seorang laki-laki adalah memakmurkan masjid. Hati mereja selalu terkait pada-Nya. Di Masjid, mereka mensucikan diri, bersujud, berdzikir, dan shalat. Perdagangan, jual beli dan berbagai urusan duniawi tidak mengoyahkan hati mereka dari mengingat Allah SAW dan menegakkan sholat (Hal 17).2. Menyeru ke Jalan Allah“Siapa mengajak pada kebaikan (petunjuk), maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya (HR. Muslim). Membaca di Bab ini membuat aku tertegun lama. Ada banyak kisah yang mengetarkan hati. Bahkan mengenai keluarga Fir’aun yang tegas mengatakan, “Apakah kamu akan membunuh seseorang laki-laki karena dia menyatakan, “Tuhanku ialah Allah” padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-buktinya dari Tuhanmu?” (Ghafir [40] : 28)Sikap berani memberikan pendapat pada Fir’aun ini menjadi renungan bagi kita disaat kita dihadapkan dengan penguasaha yang dzalim. Apakah kita akan diam saja?“Benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud, seandainya semua orang sibuk beribadah, menyendiri di pojok masjid, dan meninggalkan medan dakwah kepada Allah Swt, siapa yang akan memerangi musuh-musuh Allah? Siapa yang akan menghadapi orang yang zalim? Siapa yang melarang orang yang berbuat zali? Saoap yang akan beramal ma’ruf nahi munkar? Siapa yang akan mengajak orang lain kepada Allah? Siapa yang akan memimpin umat Islam ke arah yang benar? Dan siapa yang akan mengarahkan mereka ke jalan yang lurus?” (Hal : 38).3. Bersungguh-sungguh dan Tanggap“Perlu diketahui Sungguh-sungguh di sini berarti lawan kata dari main-main, meremehkan, lemah dan ciut. Sungguh-sungguh di sini berarti segera menjalankan perintah dan dakwah dengan membiasakan diri dan tekun tanpa berkeluh kesah denga cara memanfaatkan semua sarana dan prasarana yang dimiliki dan melawan segala bentuk alasan dan rintangan yang menghalangi.” (Hal : 43).4. Bersikap Aktif dan BertanggungjawabMembaca Bab ini pas banget dengan kondisi saat ini. Saat umat Muslim lagi konsentrasi di Aksi 411 dan 212, kita ada di mana? Apakah mendukung atau hanya seorang penonton? Di Bab ini mengajak umat muslim untuk bersikap responsif terhadap kejadian di sekelilingnya. “Muslim harus menyadari perannya dalam kehidupan, jangan mau jadi penonton.” (Hal : 55).5. Bercita-cita yang TinggiDi bab ini kembali aku merenung bahwa hidup ini perlu bekal yang banyak. Harus takut akhir hidup yang buruh (Su’ul al-Khatimah). “Siapa hidup untuk sesuatu, maka dia akan mati untuknya. Siapa mati untuk sesuatu, maka dia akan bangkit untuk sesuatu itu.” (Hal : 87).6. Mulia dan TerhormatMembaca Bab ini bikin nangis. Ingat kisah keimanan Bilal bin Rabah yang menentang tuannya Umayyah bin Khalaf dan melawan Abu Jahal bin Hisyam (Hal 119)7. Berani di atas KebenaranDi Bab ini kita diajak merenungi kisah Ibnu Taimiyyah. Peristiwa terjadi saat Bangsa Tartar ingin menyerang Damaskus setelah mereka berhasil meluluhlantakkan Baghdad. Orang-orang melarikan diri tapi tidak dengan Ibnu Taimiyyah. Ia memutuskan pergi menemui Raja tartar untuk menyerang Kota Damaskus. Ini contoh keberanian tanpa rasa takut. Ruang takut hanya untuk Allah Swt.8. BeraniBerani termasuk sifat yang harus memiliki pendakwah, sebab mereka harus menyebarkan kebenaran (Hal 144).Di Bab ini kita akan membaca betapa beratnya perjuangan Nabi Muhammad Saw. Tapi, Nabi Muhammad Saw dengan gagah berani. Bahkan para sahabat berlindung di belakang Nabi Muhammad Saw. Padahal posisi Nabi Muhammad saw sangat dekat dengan musuh. Dikisahkan juga sikap Ali bin Abi Thalib yang gagah berani. Ia rela mengorbankan dirinya demi Nabi Muhammad saw peristiwa hijrah dengan berbaring di tempat tidurnya Nabi Muhammad saw dan mengenakan selimutnya (Hal 147).9. Berjihad dan BerkorbanKita bisa saja berjihad dan berkorban semampu kita. Jika tidak dengan harta, dengan tenaga, dengan lisan bahkan dengan doa. Muslim hendaknya rela berkorban demi kebenaran yang dibawanya dan mati di jalan-Nya. Dikisahkan juga di bab ini kisah Asma binti Abu Bakar, Abdulullah bin Mas’ud, Mush’ab bin Umair, dan Ashim bin Tsabit.10. Teguh di Atas KebenaranKeteguhan ini perlu menjadi modal seorang muslim menghadapi tantangan. Macam-macam keteguhan itu seperti tegar menghadapi tuduhan, tegar menghadapi rayuan, tegar mengadapi kekejaman orang yang dalim dan tegar melawan hawa nafsu.11. Sabar dan Membiasakan DiriSabar menurut bahasa adalah mengekang dan menahan. Sedangkan menurut istilah, sabar adalah berusaha menanggung dan menahan dengan baik.12. Memenuhi Janji dan Jujur pada AllahDi Bab ini kita diajak merenung mengenai kisah-kisah dalam memenuhi janji, bahkan setelah Nabi wafat. Sungguh mendapat pelajaran yang banyak.13. Tidak Mudah ‘Putus Asa’ dan ‘Pesimis’
Membaca karakter ke-13 ini
aku terenyuh di kisah Pembebasan Palestina oleh Shlahuddin al-Ayyubi dalam
Perang Huthain yang sengit. Semua karena keteguhan, keimanan hati, jiha dan
kekuatan jiwa. Ada juga kisah bagaimana Nabi Zakariyyah berdoa kepada Allah Swt
meminta keturunan padahal saat itu istrinya sudah dinyatakan mandul (Hal 263).
Nah, itulah 13 karakter
orang pemberani yang dibahas di buku ini. Di zaman yang penuh dengan Gzowul
Fikri (perang pemikiran) ini sebaiknya kita ikut berperan membuka wacana dan
wawasan orang di sekitar kita. Tak dapat bicara di depan umum, kamu dapat
menulis di status fb, di blog atau twitter. Jangan sampai ketika di akhirat
kita di tanya, “Kenapa Kamu diam saat agamamu di nistakan?” yuk, berani
bersuara. Lalu, renungkanlah, Seberapa
Berani Anda Membela Islam?
pengen banget baca buku itu :D
BalasHapusBuku yang sangat menarik
BalasHapusmakasih mbak reviewnya.. jadi pingin baca..
BalasHapuspengen dong kak bukunya hiihi
BalasHapus