Bertemu Asma Nadia di Padang : Sebuah Mimpi yang Berawal Dari Pintu Kulkas. Rabu (23 Maret 2016), pagi yang cerah saat aku mengendarai motor menuju STKIP PGRI Sumbar. Sempat deg-degan juga karena beberapa hari sebelumnya Kota Padang dilanda hujan deras. Bahkan beberapa tempat mengalami banjir. Setelah semalam nanya ke beberapa orang dan membaca google map, akhirnya aku nyampe juga ke STKIP PGRI, alhamdulillah enggak nyasar xixixi...
Usai parkir motor aku langsung ke gedung acara. Tidak sulit menemukan tempatnya, soalnya nanya dulu tadi pak satpam hehe... Tapi pas mau naik tangga, olala... Bros jilbabku hilang! Huhu... Jalan lagi ke tempat parkir, sapa tahu nyantol di jaket. Ternyata enggak ada, pasrah deh pake peniti doang, huhu...
Pas di meja pendaftaran, aku sampaikan kalau aku peserta yang sudah daftar dengan mentrasfer.
Alizar Tanjung dari Sari Anggrek |
"Iya deh aku VIP aja, aku tambah pendaftarannya, soalnya enggak bisa full sampai selesai, jadi pengen konsetrasi ikut acara ini."
Akhirnya aku daftar menjadi peserta VIP dengan tiket seharga Rp. 85 ribu, sedangkan mahasiswa atau umum biasa Rp. 45 ribu.
Oiya, aku jadi happy karena di meja pendaftaran ada yang jualan bros, HªªHªª HªªHªª... Selamaaat deh, beli bros Rp. 15 ribu. Duuh, lumayan juga deh keluar duit hari ini xixix..m demi ilmu euy!
Sampai di ruangan, acara udah dimulai dengan kata sambutan. Wah, ini pertama kali aku ikut acara Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di Padang. Jadi ingat zaman di kampus sering jadi panitia acara beginian, jadi berasa dejavu deh :) ingat zaman unyu-unyu euy hahaha....
Usai kata sambutan dimulai dengan promosi dari Alizar Tanjung pewakilan Sari Anggrek. Buat yang belum tahu, Sari Anggrek adalah salah satu toko buku yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan bukunya dan promosi bukunya. Bahkan mempersiapkan buku-buku untuk acara launching.
Selanjutnya, seminar dimulai. Ada 2 pembicara. Pembicara pertama oleh Dodi Saputra, ketua FLP Sumbar. Dodi ini ternyata alumni STKIP PGRI. Ia juga sudah menerbitkan 5 buku. Materi dari Dodi cukup membuat acara jadi semarak. Diawali dengan video motivasi menulis yang unik. Sayangnya disela menyampaikan motivasi, lirik padam hingga lebih 3 kali. Huaah bikin deg-degan loh. Untungnya, Dodi sangat menguasai panggung jadi enggak berasa deh, suaranya tetap kedengaran hehehe....
Dodi Saputra menyampaikan materi mengenai Cara Cepat Menulis di Media Cetak dan Media Online. Menurut Dodi, kegiatan menulis ibarat menciptakan sebuah kebiasaan. Menulis bagi seorang pemula sesuatu yang sangat sulit. Namun, kalau menulis surat cinta, chatting dengan pacar, suami, istri, sahabat, kok mampu ya? Padahal, sebenarnya, semua orang punya loh bakat menulis. Hanya saja, perlu dilatih terus menerus dan bersungguh-sungguh.
Lalu bagaimana membangun kebiasaan menulis? Mengutip dari Setiaji, Menjadi Penulis Produktif dapat dilakukan dengan cara :
1. Membaca : dilakukan agar meningkatkan pengetahuan.
2. Berdiskusi : dapat dilakukan dengan teman untuk mendapatkan masukan dan kritikan.
3. Mengikuti seminar : akan menambah wawasan yang terjadi.
4. Mengamati Peristiwa sehari-hari
Ini memang bukan pertama kalinya aku bertemu Mbk Asma Nadia. Pertemuan pertama kala Pra Munas 1 di tahun 2011 di kantor Majalah Annida. Lalu di Munas FLP 1 di Yogya, di Seminar Mahasiswa di Lampung. Tapi, tetap aja kesemsem dengan gaya penyampaian Mbk Asma Nadia yang khas. Kata-katanya penuh makna yang dalem dan kocak.
Mbk Asma memperkenalkan dirinya, keluarga dan novelnya yang sudah difilmkan. Khusus acara seminar ini, Mbk Asma mau bercerita tentang proses menulis menulis novel. Eh, ngomong-ngomong udah pada tahukan siapa Mbk Asmana Nadia? Beliau salah satu pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) sebuah organisasi kepunulisan yang telah banyak melahirkan penulis di Indonesia dan di luar negri loh. Mbk Asma Nadia ini juga hobi traveler. Sudah pernah datang ke 60 negara dan 310 kota loh, Wow, subhanallah! Mbk Asma juga penggagas 203 perpustakaan dhufa, Rumah Baca Asma Nadia. Nah, keren kan?
Lanjut lagi ya?
Menurut Asma Nadia yang menjadikan ia seperti ini adalah sebuah mimpi yang berawal dari pintu kulkas. Ketika kecil, Asma sering sakit-sakitan. Ia juga menginap tumor otak. Keluarga sederhananya tinggal di dekat rel kereta api. Jika kereta api datang, rumahnya bergetar dan sering jemurannya hilang :) Asma kecil sering ke rumah Omanya yang memiliki anak yang cukup berada. Oma sering ke luar negri. Di pintu kulkasnya banyak tempelan sovenir dari berbagai negara. Asma kecil tidak berani memegang. Ia hanya berjanji di dalam hati akan ke luar negri seperti yang tertempel di kulkas milik Omanya. Lalu, Asma bersama Kakaknya Helvy Tiana Rosa (Penulis Buku Ketika Mas Gagah Pergi) sering ke toko buku. Mereka tidak membeli, hanya memandang dari luar. Asma kecil tidak membeli buku, tapi kakaknya HTR berkata, "Kita tidak hanya kelak membeli buku-buku yang ada di dalam toko itu, tapi juga menulis buku-buku dan akan terpajang di sana."
Nah, benar-benar keren ya motivasinya?
Asma Nadia juga menceritakan proses kreatifitasnya selama ini. Dalam menulis Asma Nadia menerapkan hal berikut :
1. Bukan sekedar ide bagus
Jika dulu, Asma baru mau menulis jika ada ide bagus saja. Tapi sekarang tidak. Ia akan menulis ide yag muncul. Tidak ada alasan mengapa enggak bisa menulis. Tidak ada waktu? Bagi yang gadis baru akan menulis jika setelah menikah. Bagi yang telah menikah dan punya anak makin repot lagi membagi waktu. lalu kapan mau menulis jika tidak dimulai dari sekarang?
2. Berawal dari keresahan
Asma Nadia banyak dikenal orang setelah sinetron Catatan Hati Seorang Istri (CHSI) yang dibindangti Dewi Sandra itu. "Tokoh Hana itu nyata. Tokoh Karin juga ada," kata Asma Nadia. Bahkan ia banyak mendapat email yang curhat mengalami hal seperti tokoh itu. Bahkan di film Surga yang Tak Dirindukan, ada yang curhat mengalami nasib seperti Mei Rose dan akhirnya memilih pergi dari kehidupan istri kedua seperti dalam film itu.
Wow, asyik ya tulisan kita bisa difilmkan dan menginspirasi banyak orang :)
3. Buku sebagai kebutuhan bukan bacaan/hiburan waktu luang.
Saat ini Asma Nadia menerbitkan kembali buku antologi Catatan Seorang Gadis. Beragam kisah gadis yang menjadi curhatan di dalamu ini. Buku yang bagus buat panduan para gadis. Ada kisah seorang gadis yang terkena narkoba, putus cinta, gagal menikah dan lainnya. Wow, jadi penasaran deh isinya :)
Asma Nadia juga bercerita mengenai proses kreatifitas novel terbarunya yang akan difilmkan Love Sparks in Korea (Jilbab Traveler). Buku ini memang ditulis sebagai biografi. Rania yang sebagi tokoh utama adalah tak lain nama Asma Nadia dari Asmarani Rosalba. Rania yang memiliki kedua kakak juga diambil dari nama kakak dan adiknya sendiri.
Asma Nadia menulis novel ini karena :
1. Oleh-oleh perjalanan ke Korea tahun 2006.
Saat itu Asma mengalami kehilangan laptop. Padahal isinya banyak dokumen penting, alhamdulillah ketemu lagi, lengkap tanpa ada kehilangan.
2. Eonny
Asma Nadia punya kakak angkat yang baik sekali selama di Korea. Ia ingin menulisnya
3. Bertemu fotografer di Gwanggali Beard
4. Jatuh cinta
5. Busan Fireworks Festival
6. Keinginan menulis novel semi biografi
Tak terasa azan dzuhur berkumandang. Seminar sesi satu ditutup untuk sesi ISHOMA. Bersama salah satu panitia yang duduk di sampingku, aku segera mengabadikan momen bersama Mbk Asma Nadia dan Dodi Saputra. Terima kasih ya motivasi dan berbagi semangatnya untuk hari ini.
Nah, Smart Mom, itulah kisahku dalam mengejar ilmu dan semangat menulis di acara seminar menulis. Semoga kisahku bertemu Asma Nadia di Padang ini bermanfaat. Oh ya, sebenarnya usai dzuhur aku mau segera pulang loh. Tapi, usai sholat di Masjid kampus ini, aku menemui lagi Mbk Asma Nadia di ruang istirahatnya. Soalnya banyak teman sesama penulis menitipkan pertanyaan, seperti, "Mbk Asma, nulisnya cepat banget pakai Ghost Writer enggak ya?" Lalu, "Mbk Asma, film Pesantren Impian kok horo gitu?" Nah loh, gimana ya jawaban Mbk Asma? Nantikan tulisanku berikutnya ya :)
Semoga kisahku Bertemu Asma Nadia di Padang : Sebuah Mimpi yang Berawal Dari Pintu Kulkas bermanfaat. Selamat menulis ya! :)
Usai kata sambutan dimulai dengan promosi dari Alizar Tanjung pewakilan Sari Anggrek. Buat yang belum tahu, Sari Anggrek adalah salah satu toko buku yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan bukunya dan promosi bukunya. Bahkan mempersiapkan buku-buku untuk acara launching.
Selanjutnya, seminar dimulai. Ada 2 pembicara. Pembicara pertama oleh Dodi Saputra, ketua FLP Sumbar. Dodi ini ternyata alumni STKIP PGRI. Ia juga sudah menerbitkan 5 buku. Materi dari Dodi cukup membuat acara jadi semarak. Diawali dengan video motivasi menulis yang unik. Sayangnya disela menyampaikan motivasi, lirik padam hingga lebih 3 kali. Huaah bikin deg-degan loh. Untungnya, Dodi sangat menguasai panggung jadi enggak berasa deh, suaranya tetap kedengaran hehehe....
Dodi Saputra menyampaikan materi mengenai Cara Cepat Menulis di Media Cetak dan Media Online. Menurut Dodi, kegiatan menulis ibarat menciptakan sebuah kebiasaan. Menulis bagi seorang pemula sesuatu yang sangat sulit. Namun, kalau menulis surat cinta, chatting dengan pacar, suami, istri, sahabat, kok mampu ya? Padahal, sebenarnya, semua orang punya loh bakat menulis. Hanya saja, perlu dilatih terus menerus dan bersungguh-sungguh.
Lalu bagaimana membangun kebiasaan menulis? Mengutip dari Setiaji, Menjadi Penulis Produktif dapat dilakukan dengan cara :
1. Membaca : dilakukan agar meningkatkan pengetahuan.
Dodi Saputra, Ketua FLP Sumbar |
3. Mengikuti seminar : akan menambah wawasan yang terjadi.
4. Mengamati Peristiwa sehari-hari
Dodi juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta seminar, seperti :
1. Apakah Anda serius ingin menjadi penulis sukses?
2. Bagi Anda, lebih penting menulis atau kegiatan padat Anda lainnya?
3. Jika menulis penting, lantas kenapa Anda pernah menyedidkan waktu khusus untuk menulis? Sementara kegiatan lainnya bersedia?
Nah, Smart Mom, untuk menjadi penulis tak ada cara lain selain menyediakan waktu khusus untuk menulis. Itu adalah sayarat utama. Biasanya penulis menyediakan waktu Hari Sabtu dan Minggu untuk berlibur (eh, kalau emak-emak kapan ya liburannya? :p). Selain itu, modal disiplin dalam mengelola waktu. "Tiada prestasitanpa disiplin, siapa yang dapat memaksia kita untuk sukses selain diri kita sendiri.” ucap Dodi.
Terakhir, Dodi mengajak peserta untuk melihat gambar di slide. Peserta diharapkan mampu membuat tulisan dalam waktu 5 menit. Entah opini atau artikel atau testimoni. Peserta mulai melihat ke depan memandangi foto seorang anak yang sedang membuka laptop. Wiih, aku pengen ikutan kuisnya, sayang aku udah dilarang ama Dodi, "Khusus buat Mbk Naqi pengurus BPP FLP, enggak boleh ikutan, ya!" Hahahaha.... jiaaah kan mupeng dapat hadiah :p
Asma Nadia di STKIP PGRI Sumbar |
Tak lama, Mbk Asma Nadia datang. Peserta jadi heboh banget. Sebenarnya Mbk Asma sudah sampai dari tadi, tapi istirahat dulu bersama panitia. Nah, berhubung aku duduk di depan bisa langsung salaman dan cipika cipiki xixixi.... huaah enggak nyangka deh bakal Bertemu Mbk Asma Nadia di Padang :)
Setelah Dodi selesai menyampaikan materi, Mbk Asma Nadia langsung dikenalkan oleh moderator yang cetar dan cantik. Suaranya empuk deh. Caranya menghidupkan suasana juga oke. Moderator juga mengajak peserta agar enggak bosen dan ngantuk dengan menggerakan tangan dan memijat bahu teman di samping kanan dan kiri, Waaah, asyiik deh.
Lalu, Mbk Asma Nadia naik ke atas podium. Bersalaman dengan moderator dan cipika-cipiki. Peserta kembali bersorak" Huuuu..." eeeh aku kaget kenapa pada bersorak ya? Seorang akhwat di belakangku langsung teriak histeris, "Aku pengeeeen!" ternyata mereka iri dengan si moderator dapat cipika-cipiki dari Mbk Asma Nadia :)
Asma Nadia penulis best seller |
Mbk Asma memperkenalkan dirinya, keluarga dan novelnya yang sudah difilmkan. Khusus acara seminar ini, Mbk Asma mau bercerita tentang proses menulis menulis novel. Eh, ngomong-ngomong udah pada tahukan siapa Mbk Asmana Nadia? Beliau salah satu pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) sebuah organisasi kepunulisan yang telah banyak melahirkan penulis di Indonesia dan di luar negri loh. Mbk Asma Nadia ini juga hobi traveler. Sudah pernah datang ke 60 negara dan 310 kota loh, Wow, subhanallah! Mbk Asma juga penggagas 203 perpustakaan dhufa, Rumah Baca Asma Nadia. Nah, keren kan?
Lanjut lagi ya?
Menurut Asma Nadia yang menjadikan ia seperti ini adalah sebuah mimpi yang berawal dari pintu kulkas. Ketika kecil, Asma sering sakit-sakitan. Ia juga menginap tumor otak. Keluarga sederhananya tinggal di dekat rel kereta api. Jika kereta api datang, rumahnya bergetar dan sering jemurannya hilang :) Asma kecil sering ke rumah Omanya yang memiliki anak yang cukup berada. Oma sering ke luar negri. Di pintu kulkasnya banyak tempelan sovenir dari berbagai negara. Asma kecil tidak berani memegang. Ia hanya berjanji di dalam hati akan ke luar negri seperti yang tertempel di kulkas milik Omanya. Lalu, Asma bersama Kakaknya Helvy Tiana Rosa (Penulis Buku Ketika Mas Gagah Pergi) sering ke toko buku. Mereka tidak membeli, hanya memandang dari luar. Asma kecil tidak membeli buku, tapi kakaknya HTR berkata, "Kita tidak hanya kelak membeli buku-buku yang ada di dalam toko itu, tapi juga menulis buku-buku dan akan terpajang di sana."
Nah, benar-benar keren ya motivasinya?
Sebuah Mimpi yang Berawal Dari Pintu Kulkas |
1. Bukan sekedar ide bagus
Jika dulu, Asma baru mau menulis jika ada ide bagus saja. Tapi sekarang tidak. Ia akan menulis ide yag muncul. Tidak ada alasan mengapa enggak bisa menulis. Tidak ada waktu? Bagi yang gadis baru akan menulis jika setelah menikah. Bagi yang telah menikah dan punya anak makin repot lagi membagi waktu. lalu kapan mau menulis jika tidak dimulai dari sekarang?
2. Berawal dari keresahan
Asma Nadia banyak dikenal orang setelah sinetron Catatan Hati Seorang Istri (CHSI) yang dibindangti Dewi Sandra itu. "Tokoh Hana itu nyata. Tokoh Karin juga ada," kata Asma Nadia. Bahkan ia banyak mendapat email yang curhat mengalami hal seperti tokoh itu. Bahkan di film Surga yang Tak Dirindukan, ada yang curhat mengalami nasib seperti Mei Rose dan akhirnya memilih pergi dari kehidupan istri kedua seperti dalam film itu.
Wow, asyik ya tulisan kita bisa difilmkan dan menginspirasi banyak orang :)
3. Buku sebagai kebutuhan bukan bacaan/hiburan waktu luang.
Saat ini Asma Nadia menerbitkan kembali buku antologi Catatan Seorang Gadis. Beragam kisah gadis yang menjadi curhatan di dalamu ini. Buku yang bagus buat panduan para gadis. Ada kisah seorang gadis yang terkena narkoba, putus cinta, gagal menikah dan lainnya. Wow, jadi penasaran deh isinya :)
Asma Nadia juga bercerita mengenai proses kreatifitas novel terbarunya yang akan difilmkan Love Sparks in Korea (Jilbab Traveler). Buku ini memang ditulis sebagai biografi. Rania yang sebagi tokoh utama adalah tak lain nama Asma Nadia dari Asmarani Rosalba. Rania yang memiliki kedua kakak juga diambil dari nama kakak dan adiknya sendiri.
Asma Nadia menulis novel ini karena :
1. Oleh-oleh perjalanan ke Korea tahun 2006.
Saat itu Asma mengalami kehilangan laptop. Padahal isinya banyak dokumen penting, alhamdulillah ketemu lagi, lengkap tanpa ada kehilangan.
2. Eonny
Asma Nadia punya kakak angkat yang baik sekali selama di Korea. Ia ingin menulisnya
3. Bertemu fotografer di Gwanggali Beard
4. Jatuh cinta
5. Busan Fireworks Festival
6. Keinginan menulis novel semi biografi
Tak terasa azan dzuhur berkumandang. Seminar sesi satu ditutup untuk sesi ISHOMA. Bersama salah satu panitia yang duduk di sampingku, aku segera mengabadikan momen bersama Mbk Asma Nadia dan Dodi Saputra. Terima kasih ya motivasi dan berbagi semangatnya untuk hari ini.
Bersama Asma Nadia dan Dodi Saputra dicara Seminar Menulis di STKIP PGRI Sumbar |
Asma Nadia dan para fansnya :) |
semakin termotivasi bacanya mba...
BalasHapustrims share ilmunya
Aku baru sekali ketemu Mbak Asma dan langsung minta foto berdua hehe.
BalasHapusBanyak ajah deh foto2 sama asma nadianya... asyik ya orangnya..ramah kayaknya
BalasHapusSenangnya bisa ketemuan ma Mbak Asma ^^
BalasHapusSuka banget dg karya2nya mbak asma nadia...ada bbrp buku karyanya yg saya punya dan suka banget bacanya
BalasHapusSemoga mimpi-mimpi kita yang membawa kebaikan juga terwujud
BalasHapusKerennyaaaaaaaa .... pengennnn.
BalasHapusSalut sama perjuangan mba Asma Nadia, berawal dari mimpi, keinginan sejak kecil bisa terwujud, patut ditiru
BalasHapus