[Parenting] Bersyukur agar makmur. Itulah yang aku ajarkan kepada anak-anakku. Juga kuterapkan pada diri sendiri. Suatu hari, Faris anak sulung ngambek, "Ah, enggak enak! Masa kecil Mamas enggak seru. Orang tuanya miskin!" Jleb banget deh dengar itu.
Maksud hati, menceritakan masa kecilnya, kami hidup prihatin. Saat itu Faris masih kecil dan sering sakit-sakitan, sedangkan ekonomi keluarga masih morat-marit. Namanya anak-anak ya, waktu ke rumah keluarga, Faris sepertinya berpikir, "Enak banget sih hidup sepupuku," jiaaah... ini selalu dijadikan patokannya. Mana komen Faris pernah begini, "Ummi enak masa kecilnya punya mobil!" Duuh... nak, kalau semua dinilai dengan materi, hidup ini enggak akan habisnya menghitung nikmat.
Maka, aku ceritakan. Jika dulu masa kecilku Opanya memang menjadi pejabat kabupaten, tapi tak pernah hidup bermewahan. Jika pun ada mobil bukanlah mobil yang mewah. Mobil kecil yang selalu penuh dengan keluarga untuk piknik. Keluarga ikut hingga duduk pakai tikar di dalam mobil. Jika Ummi kecil bahagia memang iya, Opa dan Oma menyayangi penuh kasih. Namun, Opa disayang Allah duluan, Opa meninggal saat Ummi kelas 6 SD. Lalu, kehidupan Ummi berubah, nak.... bukan sebagai anak pejabat lagi. Tak ada naik mobil lagi. Hidup demikian kerasnya hingga bersyukur Ummi selesai kuliah.
Faris bisa lihat, teman Faris tetangga kita ada yang tinggal bukan dengan orang tuanya. Sebut saja namanya Arman. Ia tinggal dengan orang tua angkatnya. Bukannya disayang, tapi sering mengalami kekerasan. Arman sering dipukul dan dihina. Dimaki jika pulang keseorean, dipukul jika malas mengerjakan PR. Tangisnya terdengar hingga kebeberapa rumah. Pilu....rasanya.
Lalu, lihat teman lainnya, sebut saja namanya Yadi. Ia tidak punya mainan sebanyak yang Mamas punya. Ia bahkan harus membantu orang tuanya mencari uang. Ia berjualan bakwan keliling setiap pagi dan sore. Lihat, nak mereka hidup dengan sederhana. Tidak semuanya dinilai dengan kemewahan dunia.
Sahabat Smart Mom, pernahkah mengalami apa yang pernah aku alami di atas? Ya, saat anak-anak menuntut, bertanya atau bahkan mempertanyakan, "Mengapa kita tidak punya benda A, B atau uang yang banyak?" Ini jika tidak dijelaskan dengan bahasa yang pas, anak-anak akan timbul sifat iri, dengki dan ingin memiliki. Ngerinya akan mencuri.
Contoh saja anak tetanggaku, oleh keluarganya tidak mengapa mengambil mainan orang lain selain tidak dilihat pemiliknya. Alhasil, tiap ada mainan tidak terlihat pemiliknya akan hilang dan selalu ketahuan di rumahnya. Si ibu dan neneknya selalu bilang tidak tahu. Oow, pernah sekedar tebu yang tergeletak di teras rumah hilang. Tak lama terlihat si anak sedang makan tebu. Padahal ya kalau minta juga akan dikasih. Tapi... kebiasaan inilah menjadikan anak tidak peka untuk bersyukur pada apa yang dimiliki. Tak iri dengan milik orang lain.
Pernah juga bendera yang dipasang di depan pagar hilang. Usut punya usut si anak ini berulah lagi. Bendera itu disimpannya di dalam rumah. Itu pun dia mengaku setelah diimpingi uang. Akan diberi uang 5 ribu jika mengembalikan bendera. Dan benar saja, bendera itu dia ambil dari dalam rumahnya. Miris, nyesek deh....
Bayangkan, anak ini masih usia 5 tahun?! Akan jadi apa jika si anak terus mengambil barang orang lain? Kita memang tidak bisa menghakimi. Sok malaikat melihat sikap si anak ini. Ternyata ibu dan ayahnya bercerai sejak dia masih bayi. Ia tidak serumah dengan bapaknya. Mungkin dia iri melihat anak-anakku sering diajak jalan-jalan Abinya. Maka, jika si anak tersebut ke rumah, sering diajak ngobrol suamiku. Dielus, dinasehati bahkan pernah diajak naik motor keliling komplek hanya sekedar berbagi "rasa keayahan". Ya, kulihat binar matanya ada di sana.
Ya Robb, aku bersyukur anak-anakku selalu bahagia melihat orang tuanya dalam satu rumah. Jika pun terpisah hanya beberapa waktu karena Abinya sedang tugas kantor atau urusan yang sangat penting.
Aku memang bukan ibu yang sempurna, tapi aku berusaha anak-anakku bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Terus bersyukur agar makmur. Allah akan memberikan tambah kenikmatan bagi orang yang pandai bersyukur.
Seperti dalam Qs. Ibrahim : 7 :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
Ajarkan anak bersyukur agar Allah menambahkan kenikmatan :) |
Yuk, Sahabat Smart Mom, ajak anak kita bersyukur agar makmur.
Iya mbak. Klo sy kadang sy kasih masa kecil kami orang tuanya boro2 naik mobil jalan tiap minggu. Sehak kecil sy biasa mandiri n bantu orangtua segala macem. Selain pandai bersyukur PR yg jg beratbjd orang tua adalah menanamkan sikap rendah hati sekaligus mandiri.
BalasHapusIstilahnya takut mrk keenakan dan pakai standar saat ini dlm menilai segala sesuatu.
Iya Mbk, PR kita sebagai orang tua makin banyak aja ya setiap hari :)
HapusAlhamdulillah. Terima kasih saya sudah diingatkan dengan hadirnya artikel ini. Marilah kita semua selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh ALLAH SWT, Amin Ya Rabbal Alamin
BalasHapusSama-sama Mas Asep semoga kita makin menjadi hamba yang bersyukur :)
Hapusmakasih sharingnya mba, mudah2an saya sekeluarga juga bisa bersyukur agar makmur :)
BalasHapussama-sama Mbk, amin semoga keluarga kita makmur semua :)
HapusDuuuh miris banget deh nih anak. :( Kok bisa ya? :(
BalasHapusSaya juga sesekali nyritain ttg nasa2 kecil, tiap pagi harus mberesin tempat tdr, membersihin kadang ayam, dan sapi ( saat pny sapi). Semua urusan sekolah, dikerjain sendiri. Hoping much, anak2 bisa Mandiri sejak dini
BalasHapus