Assalamualaikum sahabat Smart Mom,
[Parenting] Ketika
Faris sudah pas usianya untuk masuk SD, aku
exited banget. Maklum anak pertama. Semua keperluan saat akan masuk SD aku
siapkan dengan gembira. Tas, sepatu, buku, pensil, rautan, pengaris, topi,
dasi, baju seragam dan lainnya. Teringat saat Faris masih mau masuk SD, ada
seseorang yang nyeletuk, “Faris mau masuk SD? Badan kecil begini mau SD?” Gleg!
Rasanya nyelekit banget Moms, sakitnya tuh di sini....*nunjuk dada*
Saat
aku curhat ke suami, suami menenangkan. Bisa jadi yang memberikan komentar itu
tidak paham riwayat Faris masih kecil. Bisa juga latar pendidikan si komen itu
enggak paham ilmu parenting, sehingga asal ceplos aja. Iya sih, Moms, kalau
kelamaan baper bisa bikin hati panas terus. Obatnya hanya minta Allah gantikan
hati yang lebih adem. Enggak mau “terbakar” dengan komen enggak mutu gitu.
Betul enggak Moms?
Ada
kejadian lucu saat hari pertama Faris masuk SD. Saat itu aku masih mengajar dan
buru-buru mau ke sekolah. Faris suah dari pagi siap dengan seragam sekolahnya.
Saat ingin berangkat ngajar, aku memberikan
colone ke baju Faris. Colone itu
khusus bayi milik adiknya, Fatih. Tapi, aku enggak tahu kalau pakai colone itu
harus hati-hati, lubangnya besar dan hanya diciprat-ciprat aja, eh aku malah
langsung ngasih ke ketiak Faris. Alhasil, baju Faris ketumpahan colone. Huaah, aku mau nangis deh,
sangat merasa bersalah banget. Untungnya masih sangat pagi dan oleh Abinya,
baju Faris disetrika lagi. Jiaah... Umminya langsung mewek. Duuh...
Faris
masuk SD membuat aku bahagia. Aku ingin
memberikan yang terbaik. Aku memilihkan sekolah yang menurutku sangat cocok
untuk Faris. Cocok yang dimaksud sesuai dengan kami butuhkan. Kami ingin sekolah
Faris dekat dengan rumah agar menghemat ongkos. Saat TK, sekolah Faris cukup
jauh dari rumah, sehingga biaya transportasi PP cukup mahal. Memang sih sekolah
yang dekat rumah, SD Faris ini masuknya cukup mahal (ukuran kantong kami), tapi
kalau dihitung pengeluaran transportasi PP ke sekolah yang lainnya hampir sama
saja. Inilah menjadi pertimbangan kami memilih sekolah yang dekat rumah dan
dapat ditempuh dengan berjalan kaki saja.
Namun,
berjalannya waktu, saat suami tugas kuliah dan dapat beasiswanya di Unand
Padang, mau tidak mau, kami sekeluarga ikut pindah ke Padang. Sekolah Faris pun
ikut pindah. Di sinilah mulai kerasa alangkah mahal biaya sekolah anak ya?
Memang sih kami memilih sekolah SDIT. Bukan sekolah SD Negri dengan berbagai
pertimbangan, seperti pelajaran agamanya, akhlaknya dan lingkungannya. Namun,
sempat juga terpikirkan, apakah memilih sekolah SD Negri saja yang biayanya
murah atau Home Schooling (HS) saja? Kata
temanku, HS lebih mahal karena ibunya atau ayahnya terlibat jadi guru. Modal
untuk mengajarkan lebih intensif dan ortu harus konsentrasi. Duuh, kebayang deh
kalau aku HS juga, aku takut enggak bisa mobile. Walau latarku pernah menjadi
guru selama 6 tahun, HS sempat menjadi alternatif. Suami juga sudah setuju.
Tapi... aku belum pe-de, hiks... ntar keluargaku ada yang nanya, “Kenapa anakmu
enggak sekolah?” aku belum siap berargumen, entah kelak jika Fatih usia SD.
Saat
ini aku sendiri masih mencari metode yang tepat untuk mendampingi anak-anakku
belajar. Jika Faris kelas 1-2 cara
mendamping belajarnya berbeda saat mendampingibelajar di kelas 3-4 SD
ini. Saat ini aku mulai mengumpulkan buku-buku penunjang pelajaran. Salah satunya buku kumpulan soal SD. Pernah disebuah pelatihan guru, disampaikan cara mudah mempersiapkan anak lulus Ujian Sekolah (Tamat SD) dengan mempersiapkan anak sejak kelas 4. Jadi, anak sudah pelan-pelan belajar soal yang akan diujikan. Aku mau mempraktikan itu. Walau entah kelak Faris akan ikut les menjelang ujian, tapi aku sekarang mulai mempersiapkan mentalnya.
Nah, Moms, itulah ceritaku dalam mendampingi Faris masuk SD hingga sekarang kelas 4 SD. Semoga kelak disaat Faris lulus SD dapat nilai yang bagus dan dapat
memilih sekolah yang Faris inginkan, amin. Bagimana kisah Moms saat hari pertama anaknya masuk SD? Cerita dong! :)
wah kak faris selamat belajar yaaa...
BalasHapusbiaya SDIT meroket ya mba? aku jadi dag-dig-dug apa kabar biayanya ketika Fathan gede ..
harus persiapan dari sekarang ni, semangaaat :D
Anakku baru masuk TK, Mbak. :D SD-nya masih 1 tahun lagi.
BalasHapusMasuk SD pertama untuk 2 anakku berbeda cerita, tapi seru sih mendampingi mereka
BalasHapus