Judul : Kakakku Tersayang
Penulis : Nurhayati
Pujiastuti
Penyuting Bahasa :
Mastris Radymas
Setting : Pipi Kaira
Desain Sampul : Andhi
Rasydan
Penerbit : Lintang
Indiva
Tahun : 2012
Jumlah : 120 halaman
Buku ini berkisah tentang
seorang anak laki-laki kelas 5 SD yang kerap dicap anak bandel. Farhan namanya.
Kak Farhan suka berbohong, mencuri mangga, menganggu binatang, menganggu temannya
dan suka mengancam adiknya, Dara untuk tidak mengadu pada Umminya.
Uniknya, Kak Farhan berbeda
dengan anak laki-laki sebayanya. Kak Farhan suka memelihara bunga. Kak Farhan
mengancam Dara agar tidak memberitahu kesukaannya memelihara bunga kepada teman-temannya.
Dara sangat sayang pada Kak
Farhan. Dara tak berani melawan Kak Farhan. Dara memilih diam.
Suatu hari, Kak Farhan
mimisan. Darah ke luar dari hidungnya. Awalnya, Kak Farhan memaksa Dara menyembunyikan
penyakitnya dari Ummi dan Abi. Darapun menurut. Kak Farhan memilih memakan obat
penurun panas sendiri tanpa sepengetahuan Ummi.Lagi-lagi Dara tak berani
membantah. Walau sakit, Kak Farhan masih sempat membantu Oding yang neneknya
sedang sakit. Kak Farhan dan Dara berjualan layang-layang dan hasil penjualanya
diberikan kepada Oding.
Sakit Kak Farhan semakin lama
semakin parah. Ummi curiga melihat tubuh Kak Farhan makin kurus dan pucat,
bahkan sering mengalami mimisan. Ketika dicek ke dokter, betapa kagetnya Ummi
dan Abi mengetahui penyakit Kak Farhan. Semenjak sakit, Kak Farhan menjadi anak
yang baik. Ia rajin sholat, patuh kepada kedua orang tua dan jujur. Dara makin
sayang dengan Kak Farhan. Sampai suatu hari Kak Farhan mimisan lagi dan jatuh pingsan. Sebenarnya
apa penyakit Kak Farhan? Mengapa Ummi dan Abi sering menangis diam-diam? Bagaimana
dengan bunga-bunga milik Kak Farhan?
***
Buku ini ditulis dengan
lincah. Kata-kata yang dipilih pendek dan tidak menggurui. Anak-anak diajarkan
untuk mempersiapkan diri sebuah kata perpisahan. Ya, hidup di dunia ini
sementara. Ada kehidupan selanjutnya setelah di dunia, yakni alam kubur dan akherat yang kekal. Melalui novel ini, anak diajak mempersiapkan sebuah
kematian. Walau temanya berat, Nurhayati Pujiastuti berhasil menyisip pesan
moral semangat menghadapi penyakit,
berbagi, saling mencintai saudara, persiapan di alam kubur, hingga kematian yang
sangat apik dikemasnya.
Beberapa catatan untuk
mengenai buku ini adalah sikap Farhan yang terlalu berani memakan obat penurun
panas sendiri tanpa sepengetahuan orang dewasa. Tidak diinformasikan berapa
dosis yang dimakannya. Selain itu, tidak dijelaskan secara rinci, sebab Farhan
mencintai bunga-bunga. Seakan-akan hanya mengiring bahwa bunga sebagai kunci
dari epilog kisah ini saja yang mudah ditebak. Terlepas dari semua itu, buku
ini dapat direkomendasikan menjadi pilihan sebagai hadiah kenaikan kelas adik,
anak, keponakan dan saudara.
Resensi ini diikut sertakan dalam Lomba Resensi Buku Anak PaBer
Semoga menang, Mbak. Bagus resensinya. :) Btw, saya bukan juri. :D
BalasHapusmakasih ya Mbak, amin atas doanya.
Hapus