Merajut Cinta Lansia (Jendela, 2013) |
Semangat lansia dalam meningkatkan ibadah patut juga kita hargai.
Berangkat dengan keprihatinan dengan sikap
kurang peduli generasi muda saat ini terhadap orang tua yang sudah
lanjut usia (lansia) baik dalam perawatan dirumah, ketika bertemu di
jalan,hingga berinteriaksi di masyarakat.
Di buku ini terdapat kisah yang menyentuh dari beberapa lansia yang memiliki semangat tinggi dalam mengarungi kehidupan mereka. Mereka mengisi waktu dengan penuh kebaikan tanpa mengeluh walau beberapa penyakit mulai dating.Dari penyakit diabetes, Asma, hingga lumpuh. Ada juga kisah cinta seorang anak dalam berbakti merawat orang tuanya, neneknya atau tetangganya yang sudah sepuh,walau penuh dengan ujian.
Seperti kisah Indah Ip yang menceritakan betapa Mamanya sangat beruntung mendapat kesempatan merawat ibunya (Oma) dimasa tuanya. Kegigihan Mamanya menjadi sebuah inspirasi baginya. “Saat itu semakin saya sadari betapa luar biasa cinta Mama kepada Oma. Betapa beruntung Mama memiliki kesempatan berharga merawatnya hingga kini. Apa pula yang lebih didambakan seorang anak dalam berbakti kepada orangtuanya selain ridho dan pahala dari Allah? Adakah yang lebih membahagiakan, selain kemampuan mencurahkan kasih sayang dan merawat dengan tulus orang yang sangat kita cintai di masa tuanya?”
Ada juga kisah baktinya seorang anak yang dialami Aprilina Prastari dalam menjaga ibunya seorang penderita lumpuh. “Sudah tujuh tahun ibuku lumpuh, tak bisa bicara, tak bisa berjalan. Tapi dia terlihat sehat. Kadar gulanya normal, begitu juga dengan tekanan darah tingginya. Ibu pun banyak makan meski setelah giginya banyak yang tanggal, ibu hanya bisa makan havermut dan minum susu khusus penderita diabetes.”
Tak jauh beda yang dialami Tati Amila saat merawat sang nenek yang dipanggilnya Emak. “Menghadapi Emak sekarang sungguh membutuhkan kesabaran tinggi. Emak bukan saja lanjut usia kondisi fisiknya pun lemah. Berbagai keluhan selalu ia sampaikan kepada siapa saja yang berada di dekatnya. Mulai dari kaki yang terasa linu, punggung nyeri, telapak kaki kesemutan, sakit perut, sampai badan terasa gatal-gatal.”
Disaat usia mulai tua, mereka makin semangat mengejar ilmu. Kisah ini dialami oleh Nunung Yuni A,” Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri mendengar ibu kandungku mau melaksanakan sholat. Sebagai orang yang sudah berusia lanjut tentu sulit sekali menghafalkan bacaan sholat seperti kita yang masih muda. Tetapi ibuku pantang menyerah, meskipun surat dan bacaan sholat kadang kurang lengkap, namun dia berusaha untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu.”
Berbahagialah teman, jika masih ada orang tua di sampingmu. Jadikanlah mereka ladang amalmu. Mereka tentu berbeda ketika di masa muda dulu, mereka lebih membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kelembutan hati anaknya. Para lansia juga butuh ruang di hati kita. Butuh cinta yang tulus di hati kita. Mereka ingin dikatakan ‘ada’ dengan berbagai kelemahan mereka. Cintailah mereka dan Allah akan memberikan banyak pahala.
Di buku ini terdapat kisah yang menyentuh dari beberapa lansia yang memiliki semangat tinggi dalam mengarungi kehidupan mereka. Mereka mengisi waktu dengan penuh kebaikan tanpa mengeluh walau beberapa penyakit mulai dating.Dari penyakit diabetes, Asma, hingga lumpuh. Ada juga kisah cinta seorang anak dalam berbakti merawat orang tuanya, neneknya atau tetangganya yang sudah sepuh,walau penuh dengan ujian.
Seperti kisah Indah Ip yang menceritakan betapa Mamanya sangat beruntung mendapat kesempatan merawat ibunya (Oma) dimasa tuanya. Kegigihan Mamanya menjadi sebuah inspirasi baginya. “Saat itu semakin saya sadari betapa luar biasa cinta Mama kepada Oma. Betapa beruntung Mama memiliki kesempatan berharga merawatnya hingga kini. Apa pula yang lebih didambakan seorang anak dalam berbakti kepada orangtuanya selain ridho dan pahala dari Allah? Adakah yang lebih membahagiakan, selain kemampuan mencurahkan kasih sayang dan merawat dengan tulus orang yang sangat kita cintai di masa tuanya?”
Ada juga kisah baktinya seorang anak yang dialami Aprilina Prastari dalam menjaga ibunya seorang penderita lumpuh. “Sudah tujuh tahun ibuku lumpuh, tak bisa bicara, tak bisa berjalan. Tapi dia terlihat sehat. Kadar gulanya normal, begitu juga dengan tekanan darah tingginya. Ibu pun banyak makan meski setelah giginya banyak yang tanggal, ibu hanya bisa makan havermut dan minum susu khusus penderita diabetes.”
Tak jauh beda yang dialami Tati Amila saat merawat sang nenek yang dipanggilnya Emak. “Menghadapi Emak sekarang sungguh membutuhkan kesabaran tinggi. Emak bukan saja lanjut usia kondisi fisiknya pun lemah. Berbagai keluhan selalu ia sampaikan kepada siapa saja yang berada di dekatnya. Mulai dari kaki yang terasa linu, punggung nyeri, telapak kaki kesemutan, sakit perut, sampai badan terasa gatal-gatal.”
Disaat usia mulai tua, mereka makin semangat mengejar ilmu. Kisah ini dialami oleh Nunung Yuni A,” Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri mendengar ibu kandungku mau melaksanakan sholat. Sebagai orang yang sudah berusia lanjut tentu sulit sekali menghafalkan bacaan sholat seperti kita yang masih muda. Tetapi ibuku pantang menyerah, meskipun surat dan bacaan sholat kadang kurang lengkap, namun dia berusaha untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu.”
Berbahagialah teman, jika masih ada orang tua di sampingmu. Jadikanlah mereka ladang amalmu. Mereka tentu berbeda ketika di masa muda dulu, mereka lebih membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kelembutan hati anaknya. Para lansia juga butuh ruang di hati kita. Butuh cinta yang tulus di hati kita. Mereka ingin dikatakan ‘ada’ dengan berbagai kelemahan mereka. Cintailah mereka dan Allah akan memberikan banyak pahala.
Nama Kontributor:
- Indah IP
- Haya Aliya Zaki
- Murti Yuliastuti
- Vanda Nur Arieyani
- Aprilina Prastari
- Anisa Widiyarti
- Anita Triana
- Shinta Handini
- Lia Herliana
- Tati Amalia
- Nunung Yuni A
- Indah Juli
- Fitra Chakra
- Ella Sofa)
- Binta Al-Mamba
- Wylvera W
- Dhanietha Nugroho
- Nunik Utami
- Linda Satibi
- Naqiyyah Syam
Penerbit Jendela, 2013
harga menyusul :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus