Judul buku : Hope and Dream (Memoar Guru)
Penulis : Faradina Izdhihary, Eko Prasetyo, dkk
Penerbit : Pustaka Nurul Haqqy
Tahun terbit : 2013
Tebal : xii + 328 halaman.
ISBN : 978-602-97838-3-4
Harga : Rp 50.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Adalah sebuah kebahagiaan bagi penulis yang karyanya termuat dalam buku ini. Buan saja karena isi buku ini memang menarik dan inspiratif, tetapi buku ini pun mendapat respon positif dari Mendiknas, M. Nuh yang berkenan memberikan kata sambutan. Sebagian di antara sambutan beliau adalah:
Sebagai memoar yang ditulis- dari pengalaman nyata para guru di lapangan, buku ini akan banyak menginspirasi para pembacanya. Karena itu, saya berharap setelah membaca buku ini, para buku bukan saja akan mengambil mutiara-mutiara berharga tetapi juga termotivasi untuk ikut menulis, mengingat masing-masing di antara kita punya catatan perjalanan sendiri-sendiri yang pasti beda.
Hope and Dream, Memoar Guru adalah sebuah buku antologi memoar hasil audisi yang diikuti guru-guru dari seluruh Indonesia. Buku ini membahas banyak kisah nyata para guru dalam mengabdikan dirinya secara tulus ikhlas, penuh perjuangan sebagai seorang guru, juga bagaimana mereka terus bertahan dan mempertahankan eksistensinya sebagai seorang guru. Sebagai sebuah buku yang ditulis dengan hati oleh para guru berhati mulia, begitulah mungkin simpulan yang akan bisa diambil para pembaca.
Buku yang lahir dari ide Faradina Izdhihary, cerpenis dan novelis (penulis novel Safir Cinta) yang juga seorang guru bersama Eko Prasetyo (editor Jawa Pos) ini sungguh inspiratif. Ada kisah seorang gadis yang berusaha maksimal menjadi guru karena ia sangat mengidolakan ayahnya, seorang guru yang terpaksa harus menggunakan kruk (penyangga kaki), tetapi terus mengajar tanpa mengeluh.
GUURU PINCANG! Itulah yang sering kudengar dari beberapa orang di sekitarnya. .... Bagi sebagian orang cinta adalah menerima, tapi cinta yang ini istimewa, 24 tahun sudah, tapi aku tetap merasa bahwa aku selalu menjadi penerima dan tak pernah akan cukup untuk memberi apa saja yang sudah ia berikan. Bahkan, seumur hidupku nanti...aku tetap tidak yakin mampu membalasnya. Sekalipun dengan menukar kakiku untuknya. Sebab, Guru Pincang itu tak lain adalah AYAHKU.
Bagaimana kemudian si gadis berusaha maksimal untuk mewujudkan impiannya menjadi guru di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, serta bagaimana akhirnya ia mampu mengumpulkan uang puluhan juta rupiah untuk membiayai operasi kaki ayahnya, ditulis dengan sangat runtut dalam bahasa yang lancar, tetapi mampu membuat siapa pun yang membacanya akan menitikkan air mata. Inspiratif!
Ada juga memoar seorang guru yang menentang keras tindak kekerasan yang dilakukan sebagian guru untuk menegakkan kedisiplinan. Dalam memperjuangkan keyakinannya bahwa mendidik dengan kasih sayang, dengan hati lebih baik daripada kekerasan, ia harus mengalami banyak tantangan. namun, ia bersikukuh menghadapinya. Ameliasari Kusuma menuturkan bagaimana akhirnya ia malah harus menghadapi benturan dari kepala sekolah dan para guru, bahkan harus melewati persidangan (rapat dinas) yang membuatnya harus menghadapi 92 orang.
Senin kemaren, ada lagi yang bawa penthungan dengan dalih menertibkan anak-anak upacara, ada lagi anak-anak dikatakan sama dengan babi, karena tidak segera ke lapangan, pake ditarik-tarik dulu dari kelas persis babi keluar kandang, ada lagi ternyata ada teman yang tersinggung, kenapa setiap pelatihan selalu menyinggung perasaan teman ketertiban..(ge er amat ya...)]
Tidak tahukah mereka, cara feodal Belanda yang mereka lakukan saat ini sudah sangat ketinggalan jaman. Ajaran feodal bahwa pasal satu guru selalu benar, dan pasal dua kalau guru berbuat salah lihat pasal satu, seharusnya sudah tidak ada lagi.
Sometime i'm really tired..tired..tired...what I have to do...
Kalau mau jujur, ketika tahun-tahun pertama saya mengajar sekitar 10 tahun yang lalu, perilaku saya sama persis dengan mereka, galak dan tidak berperikemanusiaan, ratusan anak sudah saya sakiti hatinya, jiwanya...(ya Alloh ampuni hamba-Mu ini...)..dan itu berjalan hingga sekitar 2 tahun yang lalu.
Ada banyak kisah yang layak untuk dibaca dan diambil hikmahnya. tak hanya untuk para guru. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi semua orang yang notabene pernah jadi murid sehingga tahu apa saja yang dialami guru. Sebuah kisah perjalanan yang ditulis dengan bahasa yang mengalir. Dalam tulisan mereka, ada satu benang yang cukup terang terlihat bahwa sejatinya para guru itu melakukan semuanya untuk mewujudkan harapan dan impian murid-muridnya. Harapan seorang guru agar para muridnya menjadi orang yang berilmu, berahlak mulia, dan sukses dalam kehidupan dunia akhiratnya.
Memang, seperti juga masalah guru, kisah tentang guru pun tak ada habisnya. Ia mengalir terus seperti ilmu yang ia transferkan pada muridnya. Ilmu yang akan terus menjadi cahaya bagi muridnya selamanya.
Pastikan anda mendapatkan buku ini melalu para kontributornya atau melalui event IGI sebab cetakkan pertama sangat terbatas!
Daftar kontributor:
1. Achmad Nurcholis Majid.
2. Ali As'ari
3. Ameliasari kesuma
4. Ardyana Rokhmah Pratiwi
5. Cantika Diptra
6. Choirul Fatah
7. Dazrizal
8. Eko Prasetyo
9. Elis tating Bardiah
10. Faradina Izdhihary
11. Hariani Susanti
12. Ika Dahliawati
13. Imam Wahyudi
14. Joko Wahyono
15. Lutfiyah Nurlaela
16. M. Musthafa
17. Naqqiyah Syam
18. Neny Makmun
19. Nur Farida Agustina
20. Rita Julianti
21. Siti Zulbaedah
22. Sumber Harno
23. Supalal
24. Sutini
25. Weni Suryandari
Penulis : Faradina Izdhihary, Eko Prasetyo, dkk
Penerbit : Pustaka Nurul Haqqy
Tahun terbit : 2013
Tebal : xii + 328 halaman.
ISBN : 978-602-97838-3-4
Harga : Rp 50.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Adalah sebuah kebahagiaan bagi penulis yang karyanya termuat dalam buku ini. Buan saja karena isi buku ini memang menarik dan inspiratif, tetapi buku ini pun mendapat respon positif dari Mendiknas, M. Nuh yang berkenan memberikan kata sambutan. Sebagian di antara sambutan beliau adalah:
Sebagai memoar yang ditulis- dari pengalaman nyata para guru di lapangan, buku ini akan banyak menginspirasi para pembacanya. Karena itu, saya berharap setelah membaca buku ini, para buku bukan saja akan mengambil mutiara-mutiara berharga tetapi juga termotivasi untuk ikut menulis, mengingat masing-masing di antara kita punya catatan perjalanan sendiri-sendiri yang pasti beda.
Hope and Dream, Memoar Guru adalah sebuah buku antologi memoar hasil audisi yang diikuti guru-guru dari seluruh Indonesia. Buku ini membahas banyak kisah nyata para guru dalam mengabdikan dirinya secara tulus ikhlas, penuh perjuangan sebagai seorang guru, juga bagaimana mereka terus bertahan dan mempertahankan eksistensinya sebagai seorang guru. Sebagai sebuah buku yang ditulis dengan hati oleh para guru berhati mulia, begitulah mungkin simpulan yang akan bisa diambil para pembaca.
Buku yang lahir dari ide Faradina Izdhihary, cerpenis dan novelis (penulis novel Safir Cinta) yang juga seorang guru bersama Eko Prasetyo (editor Jawa Pos) ini sungguh inspiratif. Ada kisah seorang gadis yang berusaha maksimal menjadi guru karena ia sangat mengidolakan ayahnya, seorang guru yang terpaksa harus menggunakan kruk (penyangga kaki), tetapi terus mengajar tanpa mengeluh.
GUURU PINCANG! Itulah yang sering kudengar dari beberapa orang di sekitarnya. .... Bagi sebagian orang cinta adalah menerima, tapi cinta yang ini istimewa, 24 tahun sudah, tapi aku tetap merasa bahwa aku selalu menjadi penerima dan tak pernah akan cukup untuk memberi apa saja yang sudah ia berikan. Bahkan, seumur hidupku nanti...aku tetap tidak yakin mampu membalasnya. Sekalipun dengan menukar kakiku untuknya. Sebab, Guru Pincang itu tak lain adalah AYAHKU.
Bagaimana kemudian si gadis berusaha maksimal untuk mewujudkan impiannya menjadi guru di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, serta bagaimana akhirnya ia mampu mengumpulkan uang puluhan juta rupiah untuk membiayai operasi kaki ayahnya, ditulis dengan sangat runtut dalam bahasa yang lancar, tetapi mampu membuat siapa pun yang membacanya akan menitikkan air mata. Inspiratif!
Ada juga memoar seorang guru yang menentang keras tindak kekerasan yang dilakukan sebagian guru untuk menegakkan kedisiplinan. Dalam memperjuangkan keyakinannya bahwa mendidik dengan kasih sayang, dengan hati lebih baik daripada kekerasan, ia harus mengalami banyak tantangan. namun, ia bersikukuh menghadapinya. Ameliasari Kusuma menuturkan bagaimana akhirnya ia malah harus menghadapi benturan dari kepala sekolah dan para guru, bahkan harus melewati persidangan (rapat dinas) yang membuatnya harus menghadapi 92 orang.
Senin kemaren, ada lagi yang bawa penthungan dengan dalih menertibkan anak-anak upacara, ada lagi anak-anak dikatakan sama dengan babi, karena tidak segera ke lapangan, pake ditarik-tarik dulu dari kelas persis babi keluar kandang, ada lagi ternyata ada teman yang tersinggung, kenapa setiap pelatihan selalu menyinggung perasaan teman ketertiban..(ge er amat ya...)]
Tidak tahukah mereka, cara feodal Belanda yang mereka lakukan saat ini sudah sangat ketinggalan jaman. Ajaran feodal bahwa pasal satu guru selalu benar, dan pasal dua kalau guru berbuat salah lihat pasal satu, seharusnya sudah tidak ada lagi.
Sometime i'm really tired..tired..tired...what I have to do...
Kalau mau jujur, ketika tahun-tahun pertama saya mengajar sekitar 10 tahun yang lalu, perilaku saya sama persis dengan mereka, galak dan tidak berperikemanusiaan, ratusan anak sudah saya sakiti hatinya, jiwanya...(ya Alloh ampuni hamba-Mu ini...)..dan itu berjalan hingga sekitar 2 tahun yang lalu.
Ada banyak kisah yang layak untuk dibaca dan diambil hikmahnya. tak hanya untuk para guru. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi semua orang yang notabene pernah jadi murid sehingga tahu apa saja yang dialami guru. Sebuah kisah perjalanan yang ditulis dengan bahasa yang mengalir. Dalam tulisan mereka, ada satu benang yang cukup terang terlihat bahwa sejatinya para guru itu melakukan semuanya untuk mewujudkan harapan dan impian murid-muridnya. Harapan seorang guru agar para muridnya menjadi orang yang berilmu, berahlak mulia, dan sukses dalam kehidupan dunia akhiratnya.
Memang, seperti juga masalah guru, kisah tentang guru pun tak ada habisnya. Ia mengalir terus seperti ilmu yang ia transferkan pada muridnya. Ilmu yang akan terus menjadi cahaya bagi muridnya selamanya.
Pastikan anda mendapatkan buku ini melalu para kontributornya atau melalui event IGI sebab cetakkan pertama sangat terbatas!
Daftar kontributor:
1. Achmad Nurcholis Majid.
2. Ali As'ari
3. Ameliasari kesuma
4. Ardyana Rokhmah Pratiwi
5. Cantika Diptra
6. Choirul Fatah
7. Dazrizal
8. Eko Prasetyo
9. Elis tating Bardiah
10. Faradina Izdhihary
11. Hariani Susanti
12. Ika Dahliawati
13. Imam Wahyudi
14. Joko Wahyono
15. Lutfiyah Nurlaela
16. M. Musthafa
17. Naqqiyah Syam
18. Neny Makmun
19. Nur Farida Agustina
20. Rita Julianti
21. Siti Zulbaedah
22. Sumber Harno
23. Supalal
24. Sutini
25. Weni Suryandari
Hope and Dream (Memoar Guru) |
bagus nih, biar tau perjuangan dan kisah para guru yang selama ini sudah memberikan kita ilmu
BalasHapusPintu dan Jendela