Malam itu aku susah
tidur karena banyak nyamuk. Aku pun terbangun sekitar pukul 03.00 Wib dini
hari. Lalu, tak bisa tidur, aku tergoda membaca buku ini. Memang sih beberapa
hari ini aku menunda-nunda baca buku ini. Terbersit di hati, “Ah, jangan-jangan
buku ini mirip seperti buku lainnya tema cara menghapal Al Qur'an sering menoton dan mengurui,”
tapi, saat aku membaca buku ini. Olala.... aku terkesima. Inilah buku yang pas
buat aku saat ini! Lembar demi lembar membaca kisah perjuangan seorang ibu
mendampingi anaknya dalam menghapal Al Qur'an. Dari si pengalaman awal ibu
memilih jodoh hingga mendmapingi 3 anak sudah hapal Al Qur'an 30 Juz dan 3 anak
lainnya menunju khatam, masya Allah. Akhirnya buku ini aku baca sekitar 1,5 jam dengan perenungan dan menanda catatan penting di beberapa lembarnya.
Paginya aku aku minta izin suami untuk ikut bedah Buku bersama
Aisyah. Alhamdulillah diizinkan. Sudah beberapa hari disampaikan sih, Cuma aku
sedang flu dan suaraku serak, jadi sempat ragu datang enggak ya, aku pasrah deh
kalau badan sehat, bismillah aku berangkat untuk menuntut ilmu. Yap, buku ini
sangat menggodaku. Aku tertarik mengetahui metode Umi Neny dalam menghadapi
buah hatinya dalam mencintai Al Qur'an hingga hapal 30 Juz! Aku sendiri masih
merangkak dalam menghapal Al Qur'an dan mendampingi Faris jelang Juz 29.
Makin semangat saat sampai
di lokasi menemukan peserta yang aku kenal dan saling kirim foto di group WA, “Ada
di mana? Aku duduk di depan?” ujar Mbk Sasha dari Institut Ibu Profesional
(IIP) Lampung. Ada juga Rinda, Novrian, dkk dari Tapis Blogger, ada juga Novi Nusaibah dan Merry dari
FLP. Aku sendiri memilih duduk di belakang sembari jagain Aisyah :)
Acara pembukaan sedang berlangsung, tak lama ada seorang
perempuan bercadar mendekatiku ternyata Umi Luluk. Beberapa kali bertemu dengan
Umi Luluk yang penuh semangat. Beliau juga memiliki anak penghapal Al Qur'an dan mengelola pondok. Ia sangat semangat belajar
menulis. Beberapa kali bertemu diacara bedah buku atau pelatihan menulis.
Herlina Warga Negara, Kadis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung |
Sambutan dari Ibu
Herlina Warga Negara sekaligus Kadis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Lampung mengatakan, “Acara ini diaharapkan mampu mengugah masyarakat dan
meningkatkan minat baca terutama menulis dan sejalan harapan Pak Gubernur untuk
meningkatkan bacaan konten lokal,” ujar Bu Herlina.
Tak lama, Yoga Pratama
sang moderator membuka acara dan mengenalkan biodata Umi Neny. Yoga si Jomblo Traveller
ini membawa acara dengan kocak beberapa kali peserta tertawa.
Yoga Pratama sebagai moderator dan Umi Neny Suswati Penulis Buku |
Bang Ikhsan dari
Penerbit Aura juga memberikan testimoni terhadap buku ini. Menurutnya, ini buku
pertama yang diterbitkan secara mayor oleh Penerbit Aura. Buku yang akan
didistribusikan beberapa toko buku besar di Indonesia. Dana untuk menitipkan
buku di Toko besar bisa mencapai 20 juta, jadi sayang kan kalau bukunya tidak
laku? Tapi, buku ini sudah teruji sebelumnya, dalam 6 bulan sudah terjual 1000
eksemplar. Untuk itu, pihak Penerbit Aura membantu mengedit dan merevisi
akhirnya terbit secara mayor.
Pagi itu aku juga
memberikan testimoni. Sempat sebelum maju aku menitipkan Aisyah ke Umi Luluk, “Nitip
Aisyah ya, Mi kalau aku maju ke depan, hehe...” nyatanya Aisyah malah nyusul ke
depan dan untungnya enggak narik LCD yang ada di samping, alhamdulillah...
Memberikan testimoni Buku Menuju Keluarga Hafizul Qur'an |
Buku ini sangat cocok
untuk para orang orang tua yang ingin anaknya mencintai Al Qur'an. Tak hanya sudah
menikah, tapi yang belum juga diacarkan dalam mencari jodoh. Perjuangan Umi
Neny dalam membina rumah tangga membuat hati ini dicubit-cubit. Anak pertama
meninggal dunia, 2 kali kehamilan berikutnya keguguran, lalu uniknya semua anak
diberi nama dengan singkatan MHA. Semua seperti direncanakan dengan rapi. Di
sinilah aku belajar untuk merapikan visi dan misi keluargaku. Berasa
dicubit-cubit deh baca buku ini. Ada kocak, ya gimana gak lucu bayangkan anak
tertuanya bikin proposal dan mempresetasikan dengan layar lebar (LCD kali ya)
di depan Abi dan Uminya, ingin menikah di usia 20 tahun. Belum lagi keluar
pondok padaha baru 2 bulan masuk. Mana biaya tidak sedikit dengan pekerjaan
guru mengaji yang dilakoni keduanya. Lalu, membuat aku haru saat Umi Neny
menuliskan kisahnya berjuang membantu ekonomi keluarga, hingga kurang tidur. Ya
Allah, perjuangan aku belumlah seberapa.
Review buku lengkapnya aku tulis diulasan berikutnya saja ya, cerita selanjutkan, saat acara bedah buku, Umi Neny menyampaikan kalau buku ini ditulis tanpa sengaja. Awalnya untuk suvenir anaknya menikah.
Review buku lengkapnya aku tulis diulasan berikutnya saja ya, cerita selanjutkan, saat acara bedah buku, Umi Neny menyampaikan kalau buku ini ditulis tanpa sengaja. Awalnya untuk suvenir anaknya menikah.
“Saya ini penulis
pemula, pemula banget, saya baru menulis secara rutin sejak punya komputer dan
modem tahun 2013. Dari anak saya yang pertama saya kenal dunia maya dan belajar
ngeblog, hingga akhirnya tulisan saya dibukukan,” ujar Umi Neny Suswati
mengawali cerita.
Institut Ibu Profesional (IIP) Lampung- dok Mbk Sasha |
Mbk Sasha dari IIP juga
sempat bertanya, “Menikah adalah pristiwa besar, bagaimana menyatukan pola
pengasuhan dengan suami istri dan berdamai dengan masa lalu?” sedangkan Anfika
dari Unila bertanya, “Berapa lama buku ini diselesaikan dan apa hambatannya?”
Umi Neny menceritakan
masa lajangnya yang menyedihkan, “Sedih ya kalau saya tidak pernah ditaksir
oleh cowok, tapi inilah bentuk kasih sayang Allah pada saya, menjaga saya untuk
tidak berpacaran.”
Bersama Mbk Fitri Restina, Rinda Gusvita, Mbk Sasha dan Umi Luluk |
Umi Neny juga menekankan
kepada anaknya bahwa cita-cita yang pertama didahulukan adalah menghapal Al
Qur'an. “Anak pertama ingin menjadi hafidz yang pengusaha. Anak kedua ingin menjadi
hafidz yang ulama, anak ketiga, menjadi hafidzoh yang ahli bahasa, anak keempat
menjadi hafidzoh dokter kandungan, anak kelima menjadi hafidzoh yang designer
dan anak kelima belum tahu karena masih 7 tahun,” cerita Umi Neny.
Acara bedah buku ini
ramai penuh tanya jawab, sayang aku belum bisa konsentrasi penuh karena Aisyah
mulai melirik tangga dan ingin turun saja. Akhirnya aku turun dan mengajak
Aisyah ke perpustakaan anak. Aku malah ketemu Mbk Fitri Restiana yang baru
tiba. Saat ke atas lagi, acara sudah mau selesai dan foto bersama. Aku sempat diskusi
dengan Ibu Sri Hastiti untuk program bedah buku berikutnya. Doakan sukses ya
kerjasama dengan Perpusda. Nah, ingin beli bukunya, silakan hubungi langsung
Umi Neny di instagramnya ya follow aja @Neny_Suswati. Hubungi saja membeli buku inspiratif ini dijamin tidak rugi, bahkan berkah dunia akhirat, Insya Allah, harganya 50 rb.
Bersama Ibu kece dari IIP Lampung |
Jazakillah khoiron atas testimoninya, Mbak Naqi smartmom, semoga buku ini menginspirasi 😍😍
BalasHapusWah keren nih bukunya, aku mau beli ah :)
BalasHapusbukunya bagus mbak, mauuuuuuuuuu
BalasHapussalut sama kegiatan mbak dan tapis blogger, selalu aktif dan bermanfaat
BalasHapusnamanya emang pake warga negara? kukira salah tulis. Tapi keren ya bukunya. bener juga kita harus punya cita2 itu
BalasHapusSalut sama umi Neny dan founder Tapis Blogger. Semoga selalu dimudahkan ..
BalasHapusSemangat seperti ini yg harus ditularkan ke ibu2 yg lain supaya punya anak yg hafiz/hafizah.
BalasHapusSukses terus utk bukunya ya, mbak Neny.
TFS, mbak Naqi.
Wajib baca ini, ntar aku mau beli bukunya mbak.. penasaran seperti apa isinya
BalasHapusYa Allah senang sekali punya keluarga hafidz Al Quran. Ada keluarga suamiku yang Hafidz al Quran dan aku hanya bisa ngiri.
BalasHapusTapis Blogger cetar deh
BalasHapusPertama jalan ke blog mbak naqi, efeknya langsung pengen jajan buku.
BalasHapusHafalan Quranku masih menyedihkan. Juz 30 saja belum semua -_-. Suka envy campur malu sama yang jago ngaji dan hafalan qurannya.
BalasHapus