Forum
Lingkar Pena (FLP) adalah cinta pertamaku di kegiatan literasi. Kian lama,
cinta itu terus berkembang hingga menuai prestasi
Naqiyyah
Syam, 2016
Siang itu matahari mulai
terik, saat aku membuka Majalah Annida
yang berisikan formulir pendaftaran Komunitas Kepenulisan FLP. Saat itu, aku
masih bau kencur di dunia kepenulisan. Tak ada satu pun riwayat kepenulisan
yang aku cantumkan. Aku hanya berharap, ketika bergabung dengan FLP, aku bisa
belajar menulis.
Pra Munas FLP di Kantor Majalah Ummi |
Tak lama, diumumkan
anggota yang telah mendaftarkan di Majalah Annida. Aku senang sekali ada namaku
di antara 12 peserta lainnya. Maka, sejak itu aku rajin mengikuti pertemuan FLP
di kotaku kala itu, Bengkulu.
Aku menjadi juara ketiga Cerpen Islami Se-Provinsi Bengkulu |
Baca Juga : Aku dan FLP
Bersama teman-teman FLP Bengkulu, aku mulai mengenai dunia kepenulisan. Adalah Imam Hanuji ketua FLP Bengkulu pertama kali yang mengenalkan aku dalam lautan indahnya menulis. Kami berenam mulai membangun dan mengenalkan FLP di berbagai kalangan. Jangan ditanya seberapa banyak hambatan yang kami temui. Beberapa kalangan meragukan keberadaan FLP kala itu. Walau Mas Imam Hanuji memang ada latar wartawan, tapi para anggota masih sangat minim pengalaman. Tapi, kami bertekad untuk memajukan FLP di Bengkulu, hingga sukses mendatangkan Mbk Helvy Tiana Rosa (Pendiri FLP dan Ketua FLP Pusat kala itu).
Bersama teman-teman FLP Bengkulu, aku mulai mengenai dunia kepenulisan. Adalah Imam Hanuji ketua FLP Bengkulu pertama kali yang mengenalkan aku dalam lautan indahnya menulis. Kami berenam mulai membangun dan mengenalkan FLP di berbagai kalangan. Jangan ditanya seberapa banyak hambatan yang kami temui. Beberapa kalangan meragukan keberadaan FLP kala itu. Walau Mas Imam Hanuji memang ada latar wartawan, tapi para anggota masih sangat minim pengalaman. Tapi, kami bertekad untuk memajukan FLP di Bengkulu, hingga sukses mendatangkan Mbk Helvy Tiana Rosa (Pendiri FLP dan Ketua FLP Pusat kala itu).
Saat bergabung di FLP Bengkulu |
Mendatangkan Mbk HTR
bermodal nekad adalah sebuah perjalanan organisasi yang membawa hikmah. Saat
itu, Mbk HTR datang dengan biaya sendiri (panitia tak punya biaya untuk
membelikan tiket). Tapi, kami berjanji suatu hari kelak kami berhasil
mengembalikan tiket Mbk HTR. Aku pun ikut termotivasi semangat menulisku saat menang menjadi Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Islami Se-Provinsi Lampung tahun 2001, pialanya langsung diberikan oleh Mbk HTR, huaaah...bahagianya :)
Tahun berlalu, FLP
Bengkulu berkembang. Dengan tujuan mengembalikan hutang tiket Mbk HTR, kami
mengumpulkan cerpen untuk menjadi buku antologi. Saat itu, aku didampuk menjadi
Pj antologi mengumpulkan naskah dari teman FLP Se-Sumbangsel. Alhamdulillah
akhirnya kami berhasil menerbitkan buku antologi Ketika Nyamuk Bicara dan uang
untuk penulis dipotong untuk membayar tiket Mbk HTR.
Baca Juga : HTR dan Membesarkan Organisasi
Baca Juga : HTR dan Membesarkan Organisasi
Norak-norak bergembira dengan buku Kumcer Ketika Nyamuk Bicara :) |
Hutang lunas hatipun lega.
Bersama FLP aku banyak belajar mengelola emosi. Saat mendapatkan amanah menjadi
Ketua FLP Bengkulu, aku berusaha bersungguh-sungguh agar dapat menebarkan
manfaat bagi orang lain. Alhamdulillah dengan Kumcer Ketika Nyamuk Bicara, kami
dapat melakukan berbagai kegiatan seperti bedah buku, pelatihan, siaran radio,
silaturahmi dengan tokoh seniman di Bengkulu hingga akhirnya FLP Bengkulu
mendapat nominasi sebagai FLP Terpuji di Munas 1 tahun 2001 yang diadakan di Yogyakarta.
Baca Juga : Suka Duka Pj Naskah Antologi
Baca Juga : Suka Duka Pj Naskah Antologi
Ketika
Suami Menjadi Kekuatanku Berjuang Bersama FLP
Sebelum menikah, ada rasa keraguan, “Masih bisa enggak sih aku aktif di FLP?”
mengingat banyak temanku kian pudar berorganisasi sejak menikah. Diawal
pernikahan memang ada hambatan aku aktif di FLP tercinta. Tak lain karena
hambatan ekonomi. Saat itu, komunikasi dengan FLP di luar kota hanya lewat
milis. Sedangkan, sejak menikah aku tinggal di Lampung Timur dengan konsisi
susah sinyal dan tidak ada internet. Alhasil, aku harus rela tidak aktif di
FLP.
Sedih rasanya saat tidak
bisa hadir di launching buku Uda Ganteng No 13 di Sumatera Barat. Bersamaan itu
juga diadakan temu FLP Se-Sumatera. Padahal Kumcer Uda Ganteng No 13, aku
sebagai pj pengumpulan naskahnya (Dan bertahun kemudian Allah gantikan dengan
kesempatan aku dan keluarga tinggal 2 tahun di Padang).
Tak ingin berlama-lama
dalam kesedihan, aku mengumpulkan semangat dengan menghubungi Teteh Pipiet
Senja, aku ditawari ikut dalam antologi. Dengan semangat kukirim naskahku. Alhamdulillah
diterima membuat semangat menulisku kian mengebu.
Momong anak sambil ikut kelas menulis FLP :) |
Rindu bergabung dengan FLP
terus membara. Aku bahkan rela dari Lampung Timur ke Bandar Lampung (lebih
kurang 4 jam) naik motor untuk mengikuti kegiatan FLP. Lalu, aku memberanikan
diri membuka FLP Cabang Lampung Timur.
“Ummi mau mendirikan FLP
Cabang Lampung Timur,” kataku pada suami. Tak langsung diizinkan loh! Suamiku hanya
diam dan diam. Lama aku menunggu izinnya. Suamiku bahkan meminta aku membuat
proposal apa saja rencanaku dalam mengembangkan FLP di Lampung Timur. Bukan
tanpa alasan. FLP masih asing didengar teman-teman di Lampung Timur.
“Apa itu FLP?”
“Hah? Daftarnya dulu di
Majalah Annida? Siapa ketuanya?”
“Apa ada yang mau daftar?”
Berbagai tanya disampaikan
oleh teman-teman saat aku mengajak membuka Cabang FLP Lampung Timur. Bahkan ada masa percobaan dari FLP Wilayah Lampung. Alasannya kuatir tidak aktif dan hanya semangat diawal-awal saja. Pelan-pelan
aku sampaikan niatku mendirikan Cabang FLP Lampung Timur dan akhirnya mereka
sangat mendukung. Suami juga orang yang pertama yang sangat support atas
rencanaku. Alhamdulillah walau sebagai FLP dengan cabang yang baru saja berdiri
kami dapat menghadirkan Mas Boim Lebon, Afifah Afra dan Tim Majalah Gizone.
Beberapa buku antologi dan duetku :) |
Pindah
ke Bandar Lampung Kembali Cinta FLP
Atas izin Allah, akhirnya
aku kembali masuk kota, hehe...suamiku mendapat tugas di Bandar Lampung. Dengan
cinta yang membara aku kembali bergabung dengan FLP. Kala itu, FLP Lampung ketuanya Lilih Muflihah. Kemudian tahun
2015 aku melanjutkan perjuangan Lilih menjadi Ketua FLP Lampung.
Kelas Menulis FLP Lampung |
Bersama teman-teman yang
tangguh, kami mulai bergerak membangun literasi di Lampung. Dimulai dari
kegiatan kelas menulis, lomba menulis, diskusi dengan koran Lampung Post, hingga membuka Taman Baca Keliling FLP
Lampung.
Tak jarang aku juga
diminta jadi guru menulis dan juri baca puisi. Kami lalu berbagi tugas untuk
mengenalkan FLP Lampung ke masyarakat. Beruntung teman-teman sangat kreatif dan
penuh dedikasi. Ada Tri Sujarwo, Destiani, Rinda, Thika, Mbk Maya Uspasari, Adit, Ahmad Tarmudzy, Desma dan masih banyak lagi memberikan waktu dan
tenaganya untuk FLP.
Kegiatan FLP Lampung |
Membuka Taman Baca Keliling di SDIT PB 1 |
Bersama FLP aku banyak
belajar. FLP adalah guruku untuk belajar mengelola emosi saat mengemban amanah.
Bersama FLP aku mendapat teman dan relasi. Dari FLP juga aku dibentuk hingga menjadi
blogger yang santun.
Ini kegiatan FLP Lampung saat aku menjadi ketua FLP, silakan klik videonya :)
Belajar Menulis Cerita Anak Bersama Ali Muakhir
Dari
Menulis Media, Buku hingga Blogger
Bagi yang belum mengenal
FLP pasti akan bertanya, “Apa sih yang kamu dapat bergabung dengan FLP?” waah,
banyak sekali. Selain ilmu menulis, ada ukhuwah (persaudaraan) di dalamnya.
Saat aku ke luar kota jika menghubungi salah satu pengurus FLP di daerahnya, maka
kami bagai bertemu sahabat lama. Padahal baru pertama jumpa. Itu juga pernah
aku alami saat bertemu Berlian Santosa kala itu sebagai Ketua FLP Jambi. Saat
aku menetap di Padang, aku juga bertemu dengan pengiat literasi FLP Sumbar.
Dari mereka aku banyak belajar membangun jaringan dan pantang menyerah
membimbing penulis pemula.
Aku pernah mendengar
seseorang disebuah komunitas kepenulisan berkata “Kami tidak menerima penulis
pemula. Yang baru belajar menulis masuk FLP saja! Kami ingin penulis yang sudah
jadi!”
Menjadi Blogger FLP yang santun :) |
Ya, hanya FLP yang terus
membuka diri untuk penulis pemula. Bahkan sangat-sangat awal. Dari A-Z
dibimbing dalam terjun di dunia kepenulisan. FLP kini telah berkembang,
teruslah merapikan diri dalam dunia organisasi dan jaringan. Satu yang aku
pinta dari FLP, tolong jangan tolak cinta tulusku dan ajak aku ke surga bersama
pejuang-pejuang pena di dalamnya. Sungguh, aku ingin bersetia bersama FLP.
Sukses terusss ya, mb Naqi.dikau memang identik dengan flp
BalasHapusMasyaAllah perjuangannya ya Mbak, salut banget buat Mbak Naqi.
BalasHapusMoga Mbak Naqi dan FLP jaya slalu.
Waktu kuliah dulu, pernah sekali ikutan seminar yg diadain FLP, abis ikut kegiatan itu rasanya niat utk bisa maju jd bagian FLP menggebu2, tapi gak dilanjutin hihihih :D
Aaah keren niy Emaak...
BalasHapusSemoga setia selalu ya, Merdeka!!
Awalnya ga ngerti apa itu FLP, karena bergaulnya sama kang Ali Muakhir jadi tau deeh hahaha
Mbak Naqiy dan FLP adalah bagian yang tak terpisahkan :D
BalasHapusbarokallah mbak.. salut dengan perjuanganmu, FLP sdh seperti mendarah daging ya.. sukses terus ya mak.. pengen dong diajak duet hihi
BalasHapusJadi inget tahun 2000, merintis FLP Yogyakarta. Sayang nggak saya lanjutkan karena sibuk di pers kampus. Sukses terus,Mbak Naqi :-)
BalasHapusMbak Naqi keren deh, konsisten dengan FLPnya.
BalasHapusAda ya komunitas yang ga mau terima pemula :(
BalasHapusPadahal saat ini ga pemula ga senior perlu ide-ide baru. Dan ide-ide baru dan segar seringkali datangnya dari pemula.
Aku sering alami di fotografi. Pemula itu malah banyak ide-ide kreatif.